Sukses

Neraca Dagang RI Surplus pada Maret 2021, IHSG Melemah Terbatas

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,21 persen atau 12,54 poin ke posisi 6.037,72 pada sesi pertama perdagangan Kamis, 15 April 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di dua zona selama sesi pertama perdagangan saham Kamis, (15/4/2021). IHSG berbalik arah ke zona merah pada penutupan sesi pertama perdagangan saham. IHSG melemah di tengah rilis neraca dagang Indonesia yang surplus USD 1,57 miliar pada Maret 2021.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup melemah 0,21 persen atau 12,54 poin ke posisi 6.037,72. Indeks saham LQ45 turun 0,71 persen ke posisi 898,42. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Sebanyak 255 saham melemah sehingga menekan IHSG. 204 saham menguat dan 167 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG bergerak di kisaran 6.029-6.073.

Total frekuensi perdagangan saham 655.295 kali dengan volume perdagangan saham 9,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 90,66 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.636.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah. Sektor saham pertanian memimpin penguatan dengan naik 2,13 persen, diikuti sektor saham perdagangan menanjak 1,21 persen, sektor saham infrastruktur menguat 0,31 persen dan sektor saham industri dasar naik 0,16 persen.

Sektor saham tambang melemah 0,84 persen, dan memimpin penurunan. Diikuti sektor saham keuangan tergelincir 0,77 persen dan sektor saham aneka industri merosot 0,70 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Top Gainers dan Losers Saham LQ45

Saham-saham LQ45 yang masuk top gainers antara lain:

-Saham CPIN naik 7,34 persen

-Saham TBIG melambung 6,85 persen

-Saham JPFA meroket 4,69 persen

-Saham ACES menguat 2,82 persen

-Saham CTRA menanjak 2,24 persen

Saham-saham LQ45 yang masuk top losers antara lain:

-Saham INKP turun 3,54 persen

-Saham MDKA merosot 3,17 persen

-Saham SMGR tergelincir 3,17 persen

-Saham UNTR susut 2,7 persen

-Saham MIKA tersungkur 2,62 persen

3 dari 4 halaman

Aksi Investor Asing

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham TBIG senilai Rp 45 miliar

-Saham ANTM senilai Rp 37,4 miliar

-Saham BBNI senilai Rp 35,8 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 34,9 miliar

-Saham ACES senilai Rp 18,9 miliar

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham MDKA senilai Rp 16,5 miliar

-Saham ARTO senilai Rp 13,1 miliar

-Saham INCO senilai Rp 11,7 miliar

-Saham UNTR senilai Rp 9,1 miliar

-Saham INKP senilai Rp 8,9 miliar

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,99 persen, indeks saham Shanghai susut 1,08 persen. Lalu indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,47 persen, indeks saham Taiwan menanjak 0,67 persen, dan indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,03 persen.

4 dari 4 halaman

Neraca Dagang RI pada Maret 2021

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mencatat, neraca perdagangan pada Maret 2021 surplus sebesar USD1,57 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD18,35 miliar sedangkan posisi nilai impor sebesar USD14,07 miliar.

"Selama bulan Maret 2021 ini neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD1,57 miliar," katanya dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Kamis, 15 April 2021.

Dia mengatakan, surplus ini jauh lebih bagus jika dibandingkan neraca perdagangan pada Maret 2020, yang pada waktu itu mengalami surplus hanya USD0,72 miliar. Juga meningkat dibandingkan surplus pada Maret 2019 yang hanya sebesar USD0,70 miliar.

"Jadi kalau kita lihat berdasarkan sektor penggunaan barangnya performa ekspor dan impor pada Maret 2021 ini sangat bagus sekali. Karena ekspor meningkat 30,47 persen. Sementara impornya juga naik tinggi 25,73 persen," ujar dia.

Dia menambahkan, pada Maret 2021 ini Indonesia mengalami surplus dengan beberapa negara. Beberapa diantaranya adalah Amerika Serikat nercaca dagang RI Surplus USD1,3 miliar, Filipina USD592 juta dan India USD502 juta.

Sebaliknya dengan beberapa negara neraca dagang Indonesia juga masih mengalami defisit. Seperti pada Australia tercatat minus USD529 juta, Korea Selatan minus USD503 juta dan Thailand minus USD281 juta.