Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, penawaran umum terbatas (PUT) dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, banyak dilakukan perusahaan tercatat atau emiten dari sektor perbankan.
"Saat ini paling banyak masuk ke dalam pipeline rights issue adalah perusahaan tercatat dari sektor perbankan,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.
Ia menambahkan, penggumpulan dana melalui rights issue dan private placement mencapai Rp 24,57 triliun pada kuartal I 2021.
Advertisement
"Perolehan dana dari rights issue dan private placement itu meningkat 8,3 kali dibandingkan kuartal I 2020 sebesar Rp 2,96 triliun,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, kuartal kedua diprediksi masih didominasi bank digital.
"Bank digital ya, karena memang lagi gencar sekali bank digital ini. Jadi memang masih spesifik di sektor tertentu," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (19/4/2021).
Wawan juga menyebut harga bank digital diprediksi meningkat seiring dengan banyaknya investor yang berminat di sektor tersebut.
"Bank digital memang menarik sekali, cuma memang sekarang harganya juga sudah mahal sekali. Jadi memang mereka istilahnya bakar duit, keluar modal untuk investasi besar-besaran, jadi ini untuk jangka panjang," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dana dari Hasil Penerbitan Saham Baru Tembus Rp 24,57 Triliun
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penggumpulan dana melalui penambahan modal dengan menerbitkan saham baru melalui rights issue dan private placement mencapai Rp 24,57 triliun pada kuartal I 2021.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menuturkan, perolehan dana dari rights issue dan private placement itu naik 8,3 kali dibandingkan kuartal I 2020 sebesar Rp 2,96 triliun.
Hingga kuartal I 2021, terdapat enam perusahaan tercatat yang telah melaksanakan rights issue dengan total fund raised sebesar Rp 12,10 triliun. Sementara itu, enam perusahaan tercatat yang telah melaksanakan private placement dengan total fund raise sebesar Rp 12,48 triliun.
Nyoman menambahkan, terdapat 18 perusahaan tercatat yang telah memperoleh persetujuan RUPS untuk melaksanakan rights issue.
Dengan 11 dari 18 perusahaan tercatat tersebut telah menginformasikan harga pelaksanaan rights issue dengan potensi total nilai fund raise sekitar Rp 11,37 triliun.
Selain itu, terdapat tujuh perusahaan tercatat yang telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk melaksanakan private placement.
Empat dari tujuh perusahaan tercatat tersebut telah informasikan harga pelaksanaan private placement dengan potensi total nilai fund raise sebesar Rp 761 miliar dari empat perusahaan tercatat.
Dengan kondisi tersebut, Nyoman menunjukkan tingginya antusiasme perusahaan tercatat dalam menggalang dana di pasar modal.
"Tingginya antusiasme tersebut dapat disebabkan ada kebutuhan penambahan modal kerja, ekspansi usaha dan kebutuhan refinancing utang perusahaan tercatat,” ujar dia, kepada awak media, ditulis Minggu, 18 April 2021.
Ia menambahkan, harapan kondisi ekonomi yang mulai pulih setelah dimulainya vaksinasi COVID-19 juga berdampak pada kegiatan perusahaan yang membutuhkan modal untuk bertumbuh.
"Berdasarkan kondisi tersebut, bursa mengharapkan penggalangan dana melalui penerbitan ekuitas akan mengalami peningkatan pada 2021,” kata dia.
Adapun rights issue merupakan penambahan modal dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Sedangkan private placement sebaliknya atau tanpa HMETD.
Advertisement