Liputan6.com, Jakarta - Tak mau ketinggalan, PT Astra International Tbk (ASII) siap merambah bisnis uang elektronik atau dompet digital. Bersama PT Astra Digital Astra, emiten berkode ASII ini mmenghadirkan AstraPay.
Direktur PT Astra International Tbk, Suparno Djasmin menyebut, ekosistem yang terdapat pada pelanggan Astra menjadi salah satu alasan pihaknya merambah bisnis ini.
"Kami masuk ke bisnis ini untuk melengkapi layanan jasa keuangan Astra, terutama untuk pelanggan Astra," katanya secara virtual, Kamis (22/4/2021).
Advertisement
Meski demikian, Suparno menegaskan bila persaingan pada bisnis ini cukup ketat. Terlebih saat ini terdapat beragam pilihan uang eletronik yang bisa digunakan masyarakat.
"Betul, bisnis apa saja pasti ada persaingan. Termasuk uang elektronik, pasti ada persaingannya," ujarnya.
Untuk menarik perhatian, Astra International menegaskan bila produk terbarunya ini memiliki beragam keunggulan, salah satunya mampu terintegrasi dengan seluruh ekosistem pembayaran grup Astra.
"Termasuk untuk asuransi. Jadi, itu menjadi fokus (AstraPay) saat ini sebagai salah satu diferensiasi strateginya," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Astra International Kucurkan Dana ke Sayurbox dan Halodoc
Sebelumnya, PT Astra International Tbk secara resmi investasi pada dua perusahaan rintisan atau startup dengan total USD 40 juta. Hal ini menjadi bagian dari inisiatif perseroan untuk mempercepat transformasi digital.
Aksi korporasi yang dilakukan diakui Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menjadi salah satu upaya Astra menggarap sektor digitalisasi. Pengembangan digitalisasi yang dilakukan mencangkup beragam model bisnis, termasuk secara internal dan investasi secara anorganik, termasuk bisnis rintisan berbasis teknologi.
"Ini termasuk modernisasi yang kita lakukan agar bisa memastikan pertumbuhan berkelanjutan dari pada Astra sehingga tetap relevan," kata Djony.
Meski enggan menjabarkan secara rinci, Astra mengaku memiliki keinginan besar untuk melakukan investasi yang mencakup model bisnis anorganik dan rintisan seperti kedua startup tersebut.
"Kesempatan investasi baru bisa datang kapan saja dan kami selalu melihat peluang di kemudian hari. Misalnya ada, tentu kami akan investasi lebih banyak. Alokasi dana tak bisa kami sampaikan di sini, tetapi tentunya disesuaikan dengan situasi kondisi sambil berjalan kami kaji secara menyeluruh," tuturnya.
Pihaknya menilai investasi yang di layanan kesehatan tak terlepas dari adaya pandemi. "Untuk Halodoc, itu adalah platform layanan kesehatan dan mempunyai satu misi untuk mengurangi ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia," tutur dia.
Khusus Sayurbox, emiten berkode ASII ini menanamkan investasi sebesar USD 5 juta atau sekitar Rp 72,66 miliar (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 14.532).
Sayurbox merupakan e-commerce grocery farm-to-table platform and distributor of fresh goods. Sedangkan Halodoc investasi yang digelontorkan mencapai USD 35 juta. Halodoc merupakan platform kesehatan berbasis online. Adapun investasi tersebut dilakukan masing-masing pada Maret dan April 2021.
Advertisement