Sukses

Syailendra Capital Optimalkan Produk Reksa Dana Indeks

PT Syailendra Capital memiliki dua produk reksa dana pasif yang disebut reksa dana indeks.

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja reksa dana aktif di Indonesia tercatat kurang menarik dalam lima tahun terakhir. Sejak 2005 – 2020, reksa dana aktif di Indonesia memiliki kinerja di bawah benchmark atau acuan yang menjadi acuan kinerja secara tahunan.

Selain itu, proporsi underperforming reksa dana saham aktif juga terbilang cukup besar. Besarnya proporsi underperforming ini memberikan tantangan bagi investor untuk memastikan produk pilihannya dapat konsisten dan memberikan imbal hasil (yield) yang lebih baik dari benchmark.

"Kami melihat adanya kebutuhan bagi investor untuk berinvestasi pada reksa dana saham pasif," ujar Presiden Direktur Syailendra Capital, Fajar R Hidayat dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, dikutip Selasa (27/4/2021).

Syailendra memiliki dua produk reksa dana pasif yang disebut reksa dana indeks. Pertama, yakni Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI).

Reksa dana indeks ini mengacu pada indeks MSCI Indonesia Value Index yang berisi saham-saham undervalued, tapi akan menjadi the rising star dalam jangka panjang.

Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund akan investasi dengan komposisi portofolio investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada efek bersifat ekuitas.

Ekuitas dimaksud adalah yang diterbitkan oleh korporasi yang ditawarkan melalui Penawaran Umum dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dalam MSCI Value Index. 

Lalu minimum 0 persen dan maksimum 20 persen dari Nilai Aktiva Bersih pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun dan atau deposito.

Hasilnya, tiga bulan terakhir (cutoff date 30 Desember 2020), SMSCI mencatatkan yield 27,3 persen pada tiga bulan terakhir dan 26,7 persen pada enam bulan terakhir. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Reksa Dana Indeks

Kedua, yakni Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund. Fajar menjelaskan, passive fund ini merupakan reksa dana indeks yang berinvestasi pada saham-saham dengan skor Environment, Social, and Good Governance (ESG) yang baik.

Reksa dana ini juga bertujuan untuk memperoleh imbal balik yang menarik dalam jangka panjang dan termasuk reksa dana indeks ETF. Sehingga investor dapat memperdagangkannya kapan saja karena tidak perlu menunggu NAB harian.

"Reksa dana ini memiliki mandat utama yaitu berinvestasi pada efek saham sesuai dengan bobot indeks yang ingin direplikasi. Tujuan utama dari reksa dana ini adalah untuk memberikan tingkat imbal hasil yang menyerupai indeks acuannya,” ujar Fajar.

Hal ini, menurut Fajar, berbeda dengan reksa dana aktif yang tujuan utamanya adalah untuk mengalahkan indeks acuan. Sehingga investor memiliki eksposur risiko yang lebih tinggi terhadap manajer investasi.

Adapun keberhasilan dari pengelolaan suatu reksa dana indeks, yaitu jika kinerja reksa dana tersebut sama persis dengan kinerja indeks yang digunakan.

Namun, umumnya tidak pernah terjadi karena ada biaya-biaya yang harus dibayar oleh reksa dana tersebut, yaitu biaya manajemen untuk manajer investasi, biaya bank kustodian, dan biaya transaksi jual beli saham atau obligasi.

Oleh sebab itu, ukuran keberhasilan yang sering digunakan adalah seberapa kecil perbedaan antara kinerja suatu reksadana indeks dengan kinerja indeks itu sendiri yang dikenal dengan istilah Standard Error (SE). 

"Besaran SE yang digunakan dalam suatu reksa dana indeks umumnya adalah 1 persen. Artinya manajer investasi akan berusaha keras agar kinerja reksa dananya perbedaan maksimumnya hanya 1 persen lebih tinggi atau lebih rendah dari indeks yang digunakan,” pungkas dia.