Sukses

Pendapatan Adaro Energy Turun 7,79 Persen pada Kuartal I 2021

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) meraup pendapatan usaha USD 691,97 juta pada kuartal I 2021.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat kinerja pendapatan dan laba turun sepanjang kuartal I 2021.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) meraup pendapatan usaha USD 691,97 juta pada kuartal I 2021. Realisasi pendapatan itu turun 7,79 persen dari kuartal I 2020 sebesar Rp 750,46 miliar.

Pendapatan itu turun karena volume penjualan merosot 13 persen secara yoy mencapai 12,59 juta ton. Produksi batu bara pada kuartal I 2021 mencapai 12,87 juta ton atau turun 11 persen.

Musim hujan pada kuartal 1 2021 berpengaruh terhadap operasi batu bara. Harga jual rata-rata (ASP) pada kuartal 1 2021 naik 9 persen secara year on year. Ini mencerminkan peningkatan harga batu bara di musim dingin dari akhir 2020 sampai awal 2021.

Pos Beban

Beban pokok pendapatan turun 9 persen secara year on year (yoy) menjadi USD 502,19 juta pada kuartal I 2021. Pada periode sama tahun sebelumnya USD 552,06 juta. Beban pokok pendapatan turun karena penurunan harga bahan bakar. Total biaya bahan bakar turun 28 persen seiring penurunan biaya bahan bakar per liter dan penurunan konsumsi bahan bakar pada periode ini.

Laba kotor perseroan merosot 4,35 persen secara yoy. Laba kotor tercatat USD 189,77 juta pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 198,39 juta.

Beban usaha turun 26 persen secara year on year menjadi USD 46 juta pada kuartal I 2021. Hal ini seiring Adaro Energy mencatat penurunan 23 persen pada beban penjualan dan pemasaran. Selain itu, penurunan 26 persen pada beban umum dan administrasi.

Kinerja Laba

Laba usaha tercatat naik 5,44 persen dari USD 127,69 juta pada kuartal I 2020 menjadi USD 133,57 juta pada kuartal I 2021. Dengan demikian, perseroan mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 26,92 persen dari USD 98,17 juta menjadi USD 71,74 juta pada kuartal I 2021.

Laba inti perseroan tercatat turun 19 persen yoy menjadi USD 110 juta akibat penurunan profitabilitas. Laba ini tidak termasuk komponen akuntansi non operasional setelah pajak yang di antaranya terdiri dari amortisasi properti pertambangan dan penilaian pajak tahun sebelumnya.

“Model bisnis kami yang terintegrasi dan kuat terus memberikan hasil yang diinginkan. Kami mencatat EBITDA operasional sebesar USD 244 juta dan laba inti USD 110 juta yang menunjukkan kualitas laba dan mencerminkan kekuatan operasi,” ujar CEO dan Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (30/4/2021).

Ia menuturkan, walaupun ada optimisme dari perkembangan positif harga batu bara akhir-akhir ini, perseroan tetap berhati-hati dan fokus pada keunggulan operasional dan disiplin pada biaya dan pengeluaran.

"Kami memilih pendekatan konservatif dan mempertahankan panduan operasional dan keuangan untuk tahun 2021,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Royalti

Perseroan mencatat liabilitas USD 2,38 miliar pada 31 Maret 2021 setara dengan penurunan 19 persen dari periode sama tahun lalu.

Hal ini karena Adaro Energy membayar sebagian besar pinjaman bank dan mencatat penurunan utang royalti. Hal ini karena pembayaran royalti yang dilakukan sepanjang tahun.

Pada akhir kuartal I 2021, tingkat ekuitas perseroan naik 3 persen yoy menjadi USD 4,1 miliar dibandingkan kuartal I 2020 sebesar USD 3,97 miliar. Total aset perseroan turun 6 persen menjadi USD 6,48 miliar pada kuartal I 2021.

Perseroan membayar royalti kepada pemerintah Indonesia meningkat satu persen pada kuartal I 2021 menjadi USD 81 juta. Hal ini karena peningkatan proporsi batu bara kokas keras yang mendapatkan average selling price (ASP) yang lebih tinggi dalam volume penjualan periode ini.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 30 April 2021, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 0,80 persen ke posisi Rp 1.245 per saham. Saham ADRO dibuka stagnan di posisi Rp 1.255 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 8.180 kali dengan nilai transaksi Rp 68,5 miliar.