Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan digitalisasi telah merambah dunia perbankan. Transisi itu dipercepat dengan ada pandemi COVID-19 sejak 2020.Tak cukup inovasi layanan yang berbasis digital, kini mulai bermunculan bank digital di Indonesia.
Secara umum, seluruh kegiatan perbankan di bank digital bisa dilakukan secara penuh dengan internet.Perkembangan ini cukup menantang bagi pelaku bank konvensional. Anggapan itu merujuk pada tata kelola perusahaan yang bisa berbeda.
Baca Juga
Head of Strategy, Investor Relation and Partnership CIMB Niaga Saut Parulian Saragih menuturkan, bank konvensional umumnya memerlukan pihak ketiga untuk melakukan pengembangan sistem.
Advertisement
Hal tersebut cukup memakan waktu, mulai dari pemaparan dan diskusi konsep, negosiasi harga, hingga kesepakatan periode proyek pengembangan.Sementara untuk bank digital yang memang memiliki tim internal untuk pengembangan tersebut, lebih cepat dan gesit untuk berubah.
"Jadi secara historis, agile itu tidak pernah dilakukan di bank konvensional dulunya. Sedangkan bank digital baru, ketika masuk (industri), mereka biasanya sudah punya internal resources sendiri. Sehingga mereka bisa lakukan dengan cepat dan agile," ujar dia dalam diskusi virtual Emiten Talks, Jumat (21/5/2021).
Sebagai gambaran, Saut menjelaskan bank digital atau perusahaan yang memiliki tim internal yang menanganinya, tidak perlu menunggu produknya sempurna untuk diluncurkan.
Bank digital bisa saja membaharui sistem seiring diluncurkannya produk tersebut karena perubahannya cenderung bisa dilakukan dengan waktu singkat.
"Itu kita sadari. Oleh sebab itu pada 2019 kita buat internal resources sendiri dan development dilakukan secara agile. Jadi setiap 1-1,5 bulan selalu ada yang baru di aplikasi kita," kata Saut.
Ia menambahkan, pengembangan digitalisasi di CIMB Niaga pun sudah serupa dengan bank digital. "Jadi cara development kita saat ini sudah serupa development di bank digital atau fintech,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja Kuartal I 2021
Sebelumnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga), membukukan laba bersih konsolidasi (unaudited) Rp 996 miliar pada kuartal I tahun 2021. Dengan jumlah tersebut maka earnings per share Rp 39,95.
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan, CIMB Niaga mencatat pertumbuhan yang baik pada pendapatan operasional dan laba operasional sebelum pencadangan masing-masing sebesar 8,3 persen year on year (YoY) dan 16,1 persen Y o Y di kuartal I 2021. Pencapaian ini menghasilkan tingkat profitabilitas kembali ke level sebelum COVID-19 dengan Return on Equity (ROE) 10,5 persen.
"Kinerja tersebut merupakan kontribusi dari margin yang lebih tinggi, peningkatan pada fee income, dan biaya operasional yang flat," jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis, 29 April 2021.
Sejalan dengan membaiknya indikator ekonomi, Tigor berkeyakinan bahwa 2021 akan lebih baik. Di sisi lain, CIMB Niaga tetap berhati-hati di tengah pandemi COVID-19 yang kembali mewabah secara global baru-baru ini.
"Kami masih terus waspada dan fokus pada upaya mengembangkan bisnis Bank dengan memberikan layanan dan solusi perbankan terbaik kepada nasabah, yang didukung oleh transformasi digital, meningkatkan pelayanan untuk customer experience yang optimal, dan meningkatkan produktivitas.” kata dia.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio ( LDR) CIMB Niaga tercatat baik masing-masing sebesar 22,1 persen dan 85,3 persen per 31 Maret 2021.
Dengan total aset sebesar Rp 272,6 triliun per 31 Maret 2021, CIMB Niaga mempertahankan posisinya sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia dari sisi aset.
Total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 200,1 triliun dengan rasio CASA sebesar 63,3 persen, sejalan dengan komitmen Bank untuk mengembangkan layanan digital dan meningkatkan customer experience.
Advertisement
Kredit
Jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp 173,4 triliun, yang utamanya dikontribusikan oleh bisnis Consumer Banking yang tumbuh 1,6 persen Y-o-Y. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 5,2 persen Y-o-Y, sementara Kredit Pemilikan Mobil (KPM) meningkat sebesar 5,4 persen Y-o-Y.
“Pertumbuhan pada segmen KPR merupakan bukti dari upaya berkelanjutan yang kami lakukan dalam menghadirkan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, diimbangi dengan prinsip kehati-hatian dan pengawasan yang ketat dalam penyaluran kredit,” kata Tigor.