Sukses

Tower Bersama Masih Kantongi Belanja Modal Rp 2 Triliun, Untuk Apa?

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Helmy Yusman Santoso mengatakan, pihaknya telah menyiapkan capex sebesar Rp 2 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah akusisi 3.000 menara milik PT Inti Bangun Sejahtera (IBST), PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) mengaku masih memiliki belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menunjang kinerja perseroan pada 2021.

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan, pihaknya telah menyiapkan belanja modalsebesar Rp 2 triliun.

"Memang terlalu dini untuk spend capex kita, karena biasanya di spend berdasarkan permintaan dari operator. Tapi kita sudah siapkan budget untuk capex. Khusus organic growth saja ada Rp 2 triliun, jadi itu di luar capex untuk akuisisi IBST Rp 3,9 trilun," katanya secara virtual, Jumat, (28/5/2021).

Untuk tahun ini, TBIG optimistis kinerja perusahaan masih sangat baik karena kebutuhan data seluler sangat diperlukan  masyarakat, khususnya yang bekerja dari rumah dan sekolah dari rumah.

"Kami adalah salah satu industri yang masih bisa diuntungkan selama pandemi masih bisa bertumbuh. Mengingat kebutuhan telekomunikasi dari para pelanggan masih meningkat," ujarnya.

Tak hanya itu, Helmy juga menegaskan bila Tower Bersama Infrastructure diyakini mampu mengalami pertumbuhan double digit dari sisi pendapatan dan EBITDA.

"Kita lihat tower bersama masih bisa bertumbuh 3,600 tenant. Semua EBITDA, revenue kita bisa bertumbuh double digit rasanya di 2021 karena tren ini masih berlangsung," tuturnya. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

IBST Bakal Raup Rp 3,9 Triliun dari Jual 3.000 Menara

Sebelumnya, PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), emiten penyedia menara dan infrastruktur telekomunikasi akan menjual menara telekomunikasi sebanyak 3.000 unit kepada PT Tower Bersama, anak usaha PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).

Selain itu, perseroan juga menyewakan atas 32 tanah dan lahan milik perseroan sehubungan dengan menara yang dijual tersebut.

Perseroan akan mendapatkan dana dari penjualan menara dan penyewaan atas 32 tanah sebesar Rp 3,98 triliun. Nilai transaksi itu 64 persen dari ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020 sebesar Rp 6,22 triliun. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (28/3/2021).

Penjualan menara itu dilakukan untuk memperkuat posisi keuangan perseroan dan mengembangkan strategi usaha perseroan ke depan.

Perseroan telah mempertimbangkan dampak dari penyelesaian transaksi dengan penjualan aset menara akan memberikan manfaat positif terlebih lagi bagi kinerja keuangan perseroan antara lain:

1.Dana dari penjualan aset menara akan digunakan untuk melunasi sebagian utang bank sebesar Rp 1,5 triliun dan sisanya Rp 2,7 triliun untuk mengembangkan usaha perseroan.

Berdasarkan laporan proforma keuangan yang diterbitkan, dampak dari pelunasan sebagian utang akan menurunkan jumlah total liabilitas tercatat pada laporan keuangan menjadi Rp 3,08 triliun dan rasio utang terhadap ekuitas dari 0,69 menjadi 0,49.

2.Dari sisi profitabilitas, perseroan akan mencatatkan laba atas penjualan aset tetap sebagai tambahan pendapatan lain-lain pada tahun berjalan sebesar Rp 226,82 miliar dan akan menjadi tambahan laba ditahan untuk tahun buku sebesar Rp 1,49 triliun sebagai bagian dari modal perseroan.

Laba bersih tahun berjalan akan meningkat dari Rp86,26 miliar menjadi Rp201,56 miliar dan margin laba bersih akan meningkat dari 10,3  persen menjadi 24,2  persen dan rasio imbal hasil atas aset (Return on Asset) meningkat dari 0,82  persen menjadi 2,14 persen untuk periode yang sama.

3. Dengan struktur saldo kas yang semakin kuat setelah pelaksanaan Rencana Transaksi, memungkinkan Perseroan untuk mengembangkan rencana-rencana strategis jangka panjang disamping pembangunan menara telekomunikasi, juga termasuk investasi dalam bidang ICT (Information Communication Technology).

Untuk melaksanakan aksi korporasi, perseroan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Selasa, 30 Maret 2021.

Â