Sukses

Morgan Stanley Tutup Bisnis Broker di Indonesia Tak Pengaruhi Transaksi Saham

Morgan Stanley tutup bisnis broker di Indonesia dinilai tidak akan terlalu pengaruhi pasar saham Indonesia. Kenapa?

Liputan6.com, Jakarta - PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia memutuskan akan menutup kegiatan perantara perdagangan efek atau bisnis broker di Indonesia. Lalu bagaimana dampaknya terhadap transaksi saham di pasar modal Indonesia?

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, transaksi saham tidak akan terlalu berpengaruh dengan langkah Morgan Stanley Sekuritas Indonesia menghentikan bisnis brokernya di Indonesia. Hal ini mengingat pemesanan transaksi oleh nasabah Morgan Stanley Indonesia akan dialihkan ke broker lain.

"Tidak terlalu besar (dampaknya-red). Transaksi per bulan (Morgan Stanley-red) tidak terlalu besar. Pada Januari Rp 11 triliun, April Rp 6 triliun dalam sebulan, jadi sehari sekitar Rp 300 miliar, (transaksi-red) bursa Rp 10 triliun dalam sehari. Tidak terlalu besar terhadap bursa, transaksi tiga persen,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (30/5/2021).

Wawan menduga langkah Morgan Stanley Sekuritas Indonesia untuk menutup bisnis broker karena bagian dari strategi induk usahanya sehingga berpengaruh terhadap anak usaha. Hal ini seiring perkembangan teknologi dan keamanan yang lebih baik dinilai tidak perlu anak usaha di Indonesia.

"Teknologi semakin maju dan keamanan semakin baik tidak perlu dari anak usaha sendiri, pakai partner lokal yang dipercaya ini sehingga jadi perubahan strategi,” kata Wawan.

Wawan mengatakan, selama ini broker asing lebih menyasar investor institusi di Indonesia. Namun, seiring pandemi COVID-19 yang terjadi mengubah komposisi dan transaksi investor.

Dengan ada pandemi COVID-19 justru investor ritel yang tumbuh pesat. Wawan menuturkan, hal tersebut lantaran aktivitas masyarakat yang terbatas sehingga membuat porsi dana untuk investasi lebih besar.

“Di Indonesia pertumbuhan investor dalam satu tahun terakhir cukup besar. Sedangkan investor institusi selama pandemi COVID-19 menahan transaksi sehingga berkurang. Investor ritel yang individu karena di rumah saja sehingga kas menganggur digunakan untuk investasi,” kata dia.

Oleh karena itu, Wawan memperkirakan, investor ritel akan tumbuh dalam tiga tahun ini. Hal ini seiring pandemi COVID-19 yang terjadi. Wawan menilai, hal tersebut dapat menjadi kesempatan bagi perusahaan sekuritas untuk menawarkan investasi kepada investor.  

“Infrastruktur trading kini dimudahkan, sudah mudah bertransaksi sehingga ini dapat diakses investor,” kata dia.

Pada 2020, Wawan menilai, investor masuk karena melihat IHSG alami koreksi tajam dimanfaatkan untuk masuk. Seiring waktu, IHSG pun kembali ke posisi 5.000-6.000 sehingga investor mendapatkan keuntungan setelah masuk dari posisi bawah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Morgan Stanley Setop Bisnis Broker di Indonesia

Sebelumnya, PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia memutuskan untuk menghentikan kegiatan perantara perdagangan efek di Indonesia.

Melalui keterangan resmi yang dikutip Jumat, 28 Mei 2021, Morgan Stanley telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan perantara perdagangan efek atau bisnis broker di Indonesia. Namun, perseroan tetap memberikan akses pasar ekuitas Indonesia kepada nasabahnya.

"Kami akan tetap memberikan akses ke pasar ekuitas Indonesia kepada klien-klien global kami melalui kerja sama dengan mitra-mitra broker lokal dengan mitra-mitra broker lokal berkelayakan,” dikutip dari keterangan resmi Morgan Stanley yang diterima Liputan6.com.

Selain itu, riset Morgan Stanley juga akan disediakan dari Singapura. PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia menyatakan akan tetap melayani klien-klien bank investasi di Indonesia.

Mengutip laman BEI, PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia mendapatkan izin usaha penjamin emisi efek dan perantara pedagang efek pada 2006. Pemegang saham PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia berkode MS ini antara lain Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte sebesar 99 persen dan PT Morgan Stanley Indonesia sebesar satu persen.

Adapun dewan manajemen antara lain Ong Whatt Soon Ronald sebagai Presiden Komisaris, Piere Hans Herbst sebagai Komisaris Independen. Sementara itu, Michael Mawikere sebagai Presiden Direktur, sedangkan posisi direktur dijabat oleh Hamdi Riza Rachbini, Mulya Chandra, dan Hasram Putra Guntur.