Sukses

AirAsia Bidik Dana Segar Rp 8,62 Triliun dari Pinjaman hingga Jual Saham

Grup AirAsia sedang mencari pendanaan untuk atasi dampak pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Grup AirAsia berencana mengumpulkan dana 2,5 miliar ringgit atau sekitar USD 604,6 juta. Jumlah itu setara Rp 8,62 triliun (asumsi kurs Rp 14.271 per dolar AS). Dana tersebut akan dikumpulkan melalui pinjaman dan penjualan saham.

Langkah tersebut dilakukan grup AirAsia untuk menyediakan likuiditas yang cukup bagi maskapai yang rugi seiring dampak negatif dari pandemi COVID-19.

Maskapai yang dikendalikan oleh taipan Tony Fernandes ini melaporkan rugi bersih pada Kamis pekan lalu seiring pembatasan perjalanan dan lockdown yang diterapkan pemerintah Malaysia. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.

Perseroan membukukan rugi 767,4 juta ringgit pada kuartal I 2021 dibandingkan periode tahun lalu 803,8 juta ringgit. Seiring kasus COVID-19 meningkat di Malaysia, AirAsia mengatakan, pendapatan merosot 91 persen menjadi 205,1 juta ringgit dari tahun lalu. Selain itu, AirAsia telah kumpulkan 336 juta ringgit dari dua tahap penempatan saham pada awal tahun ini.

Perseroan juga sedang dalam pembicaraan dengan lembaga keuangan untuk mendapatkan pendanaan tambahan serta lessor untuk merestrukturisasi pengaturan sewa pesawat yang ada. AirAsia juga sedang diskusi dengan mitra potensial yang dapat berinvestasi di segmen tertentu dari bisnis grup.

"Melalui berbagai penggalangan dana yang sedang dikerjakan grup ini, grup memperkirakan memiliki likuiditas yang cukup untuk menopang operasi bisnis,” tulis pernyataan perseroan dikutip dari Forbes, ditulis Selasa (1/6/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Imbas Pandemi COVID-19

Maskapai dan industri terkait perjalanan lainnya termasuk paling terpukul oleh pandemi COVID-19 seiring negara di seluruh dunia menutup perbatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Sekalipun perbatasan tetap ditutup, grup tersebut sangat siap untuk hanya mengandalkan operasi domestik saja pada 2021. Kami tetap fokus dan berkomitmen untuk lebih memperkuat posisi domestik kami pada saat ini sambil menunggu perkembangan dalam hal perjalanan udara internasional,” tulis perseroan.

Tony Fernandes dan mitra bisnisnya Kamaruddin Meranun mengambil alih AirAsia pada 2001 untuk membangun maskapai berbiaya rendha yang akan membuat perjalanan udara terjangkau bagi seluruh pihak.

Ia memiliki kekayaan bersih USD 335 juta saat daftar orang terkaya Malaysia diriis pada Maret 2020. Selain maskapai, Fernandes juga terus di bidang perhotelan, asuransi dan pendidikan.