Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Kamis pagi (3/6/2021) jelang rilis data Australia dan China.
Di Jepang, indeks Nikkei naik 0,23 persen, sementara itu indeks saham Topix menanjak 0,38 persen. Indeks Korea Selatan Kospi mendaki 0,33 persen. Indeks Australia menguat dengan indeks ASX 200 mendaki 0,15 persen.
Baca Juga
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,1 persen. Sementara itu, Australia akan merilis data ritel penjualan pada April 2021. Dari China akan keluarkan survei data aktivitas layanan atau jasa dan IPM pada Mei 2021. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis (3/6/2021).
Advertisement
Di wall street, indeks saham acuan menguat. Indeks saham Dow Jones naik 25,07 poin ke posisi 34.600,38. Indeks S&P 500 menguat 0,14 persen ke posisi 4.208,12 dan indeks Nasdaq naik 0,14 persen ke posisi 13.756,33.
Indeks dolar AS berada di posisi 89,91, angka ini melemah setelah di posisi 90,1. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 109,59 per dolar AS. Harga minyak cenderung tertekan pada jam perdagangan Asia.
Harga minyak Brent melemah 0,1 persen ke posisi USD 71,28 per barel. Harga minyak berjangka AS merosot 0,13 persen ke posisi USD 68,74 per barel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Wall Street Menguat Jelang Rilis Data Ekonomi AS
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 2 Juni 2021. Indeks saham S&P 500 bergerak di dekat level tertinggi sepanjang masa.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham acuan S&P 500 naik 0,14 persen menjadi 4.208,12. Indeks saham Dow Jones bertambah 25 poin menjadi 34.600,38. Indeks saham Nasdaq naik 0,14 persen menjadi 13.756,33.
Tiga indeks saham acuan tersebut mendekati level rekor. Indeks saham Dow Jones dan Nasdaq berada 1,4 persen dan 3,2 persen di bawah rekor masing-masing.
Saham energi kembali menguat dan mengungguli pasar lebih luas pada Rabu waktu setempat. Sektor saham energi naik seiring harga minyak mentah melanjutkan kenaikan baru-baru ini. Investor telah membeli saham beberapa perusahaan minyak dan gas terbesar di negara itu, dalam beberapa sesi terakhir. Aksi beli investor itu didorong optimisme pemulihan ekonomi AS mendorong permintaan minytak mentah, tiket pesawat dan aset terkait perjalanan lainnya.
Saham Occidental Petroleum naik hampir 2,7 persen dan Marathon Oil naik 0,9 persen. ETF SDPR sektor energi naik 1,8 persen. Selain itu, pergerakan saham juga didorong harga minyak berjangka West Texas Intermediate naik 1,57 persen menjadi USD 71,35 per barel mendorong lebih tinggi harga minyak setelah berada di level teritnggi sejak 2018 pada Selasa, 1 Juni 2021.
Saham AMC yang populer di kalangan investor ritel dan sering menjadi sasaran mania perdagangan melonjak 95 persen. Saham AMC sempat dihentikan sebentar karena volatilitas. Saham AMC naik 22 persen pada Selasa 1 Juni 2021 setelah mengumpulkan USD 230,5 juta melalui penjualan saham.
Di sisi lain, beberapa saham teknologi utama melemah sehingga bebani pasar. Saham Zoom Video turun sekitar 0,2 persen meski perseroan melaporkan lonjakan laba pada Selasa, 1 Juni 2021. Penjualan tumbuh 191 persen pada kuartal I-2021. Saham Tesla dan Microsoft juga ditutup melemah.
Pasar mungkin tertahan sebelum laporan pekerjaan pada Jumat. AS kemungkinan menambahkan 671.000 nonfarm payrolls atau gaji sektor nonpertanian pada Mei 2021. Angka ini naik dari 266.000 pekerjaan yang ditambahkan pada bulan sebelumnya, menurut ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.
Kekhawatiran inflasi dan cara the Federal Reserve mungkin merespons telah membebani sentimen baru-baru ini, meski pun rata-rata indeks saham utama masing di sekitar level tertinggi sepanjang masa.
“Ekspektasi inflasi juga meningkat melampaui apa yang mungkin dapat dicapati dalam waktu dekat. Inflasi sedang naik dalam pandangan kami dan pada akhirnya akan melampaui target the Federal Reserve secara berkelanjutan,” ujar Chief US Equity Strategist Mike Wilson, dilansir dari CNBC, Kamis (3/6/2021).
Ia menambahkan, ekspektasi juga telah meningkat. Kenaikan harga banyak di pasar aset. Di ssi lain, Juni secara historis merupakan bulan yang lemah untuk saham. Akan tetapi, Instinet menunjukkan S&P 500 memiliki rekam jejak lebih baik baru-baru ini, alami kenaikan setiap Juni sejak 2016.
Advertisement