Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih bergerak di zona merah sepanjang periode berjalan 2021. Analis menilai, kinerja fundamental dan prospek perusahaan menjadi sentimen negatif terhadap saham GIAA.
Mengutip data RTI, Senin, (7/6/2021), saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melemah 6,57 persen ke posisi Rp 256 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 4 Juni 2021. Saham GIAA sempat dibuka naik enam poin ke posisi Rp 300 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 300 dan terendah Rp 256 per saham.
Total frekuensi perdagangan saham 5.931 kali dengan volume perdagangan 856.486. Nilai transaksi harian saham Rp 22,4 miliar.
Advertisement
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham GIAA merosot 36,32 persen ke posisi Rp 256 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 440 dan terendah Rp 256. Total frekuensi perdagangan saham 382.975 kali dengan nilai transaksi Rp 1,7 triliun.
Direktur PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang mengatakan, saham GIAA mengalami koreksi seiring aksi jual yang dilakukan investor. Hal ini mengingat kinerja fundamental perseroan dan prospek perusahaan.
"Kinerja fundamental dengan utang besar, ekuitas negatif. Investor tidak mau sentuh dan sekarang jual,” kata Edwin saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin (7/6/2021).
Edwin menambahkan, kinerja saham GIAA tertekan juga dipicu pandemi COVID-19. Aktivitas masyarakat masih dibatasi sehingga membatasi gerak penumpang pesawat. Di sisi lain, Edwin menilai, biaya operasional Garuda Indonesia tetap jalan seiring biaya sewa pesawat, bahan bakar, dan lainnya.
"Prospek dipengaruhi dengan COVID-19. Penumpang masih terbatas. Di sisi lain, utang besar bagaimana bayar sewa pesawat, parkir di airport, dan bayar BBM, dan gaji pegawai,” kata dia.
Edwin menuturkan, ada sejumlah alternatif untuk memperbaiki kinerja PT Garuda Indonesia Tbk. Pertama, Garuda Indonesia fokus ke tujuan yang "basah" atau ramai. Kedua, kurangi jumlah pesawat dan jalur kurus sehingga dapat mengurangi dan menekan biaya. Ketiga, negosiasi dengan kreditur untuk memperpanjang jangka waktu kredit dan minta pengurangan bunga.
Saat ditanya mengenai rencana pengurangan komisaris, Edwin menilai, hal tersebut dapat menekan biaya. "Jadi dari dua sisi, potong biaya salah satunya potong jumlah komisaris, potong gaji direksi, kurangi jumlah peswat, dan potong jalur khusus. Itu semua untuk kurangi biaya-biaya," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja Keuangan Kuartal III 2020
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Garuda Indonesia Tbk mencatat pendapatan usaha USD 1,13 miliar pada kuartal III 2020. Realisasi pendapatan usaha ini merosot 67,85 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 3,54 miliar.
Perseroan alami penurunan penerbangan berjadwal dari USD 2,79 miliar pada kuartal III 2019 menjadi USD 917,28 juta pada kuartal III 2020. Penerbangan tidak berjadwal turun menjadi USD 46,92 juta pada kuartal III-2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 249,91 juta.
Perseroan alami rugi USD 1,07 miliar pada kuartal III-2020 dari periode sama tahun sebelumnya catat laba USD 122,42 juta.
Total liabilitas perseroan tercatat USD 10,36 miliar hingga 30 September 2020 dari 31 Desember 2019 sebesar USD 3,73 miliar. Liabilitas itu terdiri dari liabilitas jangka pendek USD 4,69 miliar hingga 30 September 2020.
Sedangkan liabilitas jangka panjang mencapai USD 5,66 miliar hingga 30 September 2020 dari periode 31 Desember 2019 sebesar USD 477,21 juta. Perseroan alami ekuitas negatif USD 455,57 juta pada 30 September 2020 dari 31 Desember 2019 positif USD 720,62 juta.
Total aset perseroan meningkat menjadi USD 9,90 miliar pada 30 September 2020 dari 31 Desember 2019 sebesar USD 4,45 miliar. Perseroan kantongi kas sebesar USD 169,99 juta pada 30 September 2020.
Advertisement