Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir, mengungkapkan laba bersih BUMN turun dari 2019 sebesar Rp 124 triliun menjadi Rp 28 triliun. Hal ini disebabkan pandemi Covid-19 yang juga memukul kinerja perusahaan-perusahaan BUMN.
Erick juga mengungkapkan bahwa pendapatan perusahaan pelat merah tanah air mengalami penurunan dari Rp 1.600 triliun menjadi Rp 1.200 triliun. Oleh sebab itu, Kementerian BUMN mulai tahun ini akan memiliki buku secara konsolidasi melalui sistem terintegrasi. Perkiraannya, buku itu akan selesai pada September 2021.
Baca Juga
Melalui buku itu, Kementerian bisa mengintegrasikan data antar perusahaan BUMN untuk dilakukan pemetaan masalah dan evaluasi secara komprehensif. Dengan begitu, solusi yang diambil dalam pemecahan masalah di perusahaan pelat merah bisa dilakukan dengan tepat.
Advertisement
Pengamat Badan Usaha Milik Negara dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai, kondisi dunia usaha sepanjang 2020 memang terpuruk karena pandemi COVID-19.
"Ini juga terjadi di BUMN, Sehingga kinerja mereka di 2020 juga merosot tajam,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Senin (4/6/2021).
Toto menilai hal yang paling krusial untuk dilakukan saat ini adalah bagaimana membuat perusahaan BUMN dapat bertahan selama pandemi. Setelah itu, BUMN harus bisa lekas tancap gas.
“Harus bisa segera tancap gas saat program vaksinasi sudah memberikan hasil. Di mana mobilitas manusia dan barang kembali normal. Jadi tidak buang-buang waktu,” kata dia.
Toto menyebutkan, sejumlah emiten pelat merah yang masuk dalam jajaran blue chip atau unggulan di jasa seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), grup Himbara PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (BMRI, BBRI, dan BBNI), BioFarma hingga Pertamina memiliki kinerja positif.
“Sementara BUMN di sektor infrastruktur kinerja merosot tajam karena efek pandemi. Demikian juga BUMN di layanan transportasi publik , pariwisata dan industri pendukungnya sangat merosot tajam kinerjanya, alias merugi,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Laba Bersih Emiten BUMN Turun
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir, mengungkapkan laba bersih BUMN turun dari 2019 sebesar Rp 124 triliun menjadi Rp 28 triliun. Hal ini disebabkan pandemi COVID-19 yang juga memukul kinerja perusahaan-perusahaan BUMN.
"Sebagai catatan saja, kalau kita lihat dari konsolidasi awal karena ini belum diaudit, bahwa jelas memang pandemi ini sangat terdampak juga dengan BUMN. Tadinya kita punya net profit, ya tapi ini tentu ada net profit tidak langsung dibagi tetapi kan dipakai lagi buat BUMN lainnya. Tadinya Rp 124 triliun pada 2019, di tahun ini konsolidasi hanya Rp 28 triliun," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Kamis, 3 Juni 2021.
Ia juga mengungkapkan pendapatan BUMN mengalami penurunan dari Rp 1.600 triliun menjadi Rp 1.200 triliun. Angka ini terlihat nyata jika semua buku dikonsolidasikan dan diaudit.
Oleh sebab itu, Kementerian BUMN mulai tahun ini akan memiliki buku secara konsolidasi melalui sistem terintegrasi. Perkiraannya akan ada pada periode September 2021.
"Salah satunya kenapa kita ingin membangun project management office ini tidak lain supaya semua database yang ada di BUMN itu bisa menjadi satu dan kita bisa melihat pembukuan ataupun keperluan capex-capex lain yang tidak diperlukan untuk di-cut, seperti apa yang kita lakukan kemarin di PLN ataupun di Telkom," jelas Erick.
"Kalau kita lihat Telkom, salah satu profitabilitas yang naik itu bagaimana capex kita tetap tekan," lanjut Erick Thohir.
Advertisement