Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham PT Multipolar Tbk (MLPL) pada Selasa (8/6/2021).
Mengutip keterbukaan informasi BEI, suspensi saham PT Multipolar Tbk (MLPL) dilakukan seiring terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham MLPL. Suspensi saham MLPL dilakukan di pasar reguler dan tunai mulai sesi I perdagangan pada Selasa, 8 Juni 2021 hingga pengumuman bursa lebih lanjut.
Baca Juga
“Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” dikutip dari keterbukaan informasi BEI yang diteken P.H Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Endra Febri Setyawan dan P.H Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan Yayuk Sri Wahyuni.
Advertisement
Pada penutupan perdagangan saham Senin, 7 Juni 2021, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) naik 17,39 persen ke posisi Rp 675 per saham.
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) melonjak 850,70 persen ke posisi Rp 675 per saham. Saham MLPL berada di posisi tertinggi Rp 700 dan terendah Rp 57 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.056.053 kali dengan nilai transaksi Rp 7,3 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Multipolar Bakal Fokus Investasi Layanan Konsumen Berbasis Teknologi
Sebelumnya, PT Multipolar Tbk (MLPL) menegaskan pihaknya akan fokus menyuntikan dana ke beberapa perusahaan untuk berkembang.
Meski demikian, Direktur PT Multipolar Tbk Agus Arismunandar menegaskan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi perusahaan agar pihaknya tertarik investasi, salah satunya sistem teknologi.
"Untuk beberapa tahun ke depan ini, kita memfokuskan investasi kita ke layanan konsumen yang berbasis teknologi, termasuk retail. Kita akan melihat startup, pelaku perusahaan yang ada sekarang ini, mana yang cocok, kami juga terus mencermati kebutuhan konsumen di Indonesia, mana yang cocok dengan kebutuhan yang ada," katanya secara virtual, Selasa, 25 Mei 2021.
Tak hanya itu, Agus juga menyebut pasar ritel masih akan terus berkembang. Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia dengan penetrasi yang terjadi saat ini.
"Kalau kita lihat penduduk Indonesia 270 juta, kalau kita melihat penetrasi retail di Indonesia masih rendah, masih sekitar 19 persen, masih tergolong kecil di Filipina setahu saya di atas 30 persen, Malaysia bahkan di atas itu lagi, begitu juga Thailand. Singapura paling tinggi sudah mendekati 75 persen," ujarnya.
Generasi muda yang cukup mendominasi populasi di Indonesia juga menjadi salah satu keyakinan Multipolar bila pasar ritel akan semakin berkembang ke depan.
"Dengan rendahnya penetrasi ini, kami yakin bisnis ritel ini masih sangat menjanjikan ke depannya. Masih berprospek sangat cerah ke depannya. Apalagi kalau kita lihat semakin banyak generasi muda, yang banyak menggunakan sistem digital. Pandemi ini juga membuat banyak yang menggunakan sistem digital, jadi prospek retail modern, yang didukung dengan sistem digital masih akan baik sekali," tegasnya.
Advertisement