Sukses

Produksi Sawit dan TBS SMART Meningkat pada Kuartal I 2021

Investor Relations SMAR Pinta S. Chandra menyebut, terjadi peningkatan 12 persen dari produksi buah sepanjang semester I 2021 menjadi 670.070 ton.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) menegaskan, produksi TBS dan produksi sawit pada kuartal I 2021 meningkat signifikan karena kondisi cuaca yang baik.

Investor Relations SMAR Pinta S. Chandra menyebut, terjadi peningkatan 12 persen dari produksi buah sawit sepanjang semester I 2021, yakni 670.070 ton dari periode yang sama sebelumnya 595.807 ton.

"Seiring dengan peningkatan ini, produk kami juga mengalami peningkatan 12 persen untuk CPO dan PK," kata Pinta secara virtual, Selasa (15/6/2021).

Bila 2020 terjadi kekeringan yang membuat produksi buah menurun, peningkatan yang terjadi pada sektor produksi juga berpangaruh pada pendapatan pada kuartal I 2021.

"Kami mengalami peningkatan penjualan lebih dari 15 persen menjadi Rp11,10 triliun. Periode yang sama sebelumnya, yakni Rp9,61 trilun," ujarnya.

Dari penjualan tersebut lokal berhasil berkontribusi sebesar 55 persen, sedangkan sisanya 45 persen untuk ekspor. Penyumbang terbesar datang dari produk rafinasi, biodiesel dan produk non rafiasi.

"Sejalan dengan strategi untuk memfokuskan pada produk bernilai tambah, kontribusi produk turunan mencapai 88 persen dari total penjualan," tutur Pinta.

Selain penjualan, kinerja EBITDA juga naik lebih dari dua kali lipat. Bila kuartal I 2020, angka yang mampu ditorehkan hanya Rp502 miliar, periode yang sama tahun ini mencapai Rp1,08 triliun.

"Untuk hasil akhir akhir, laba bersih tercatat 250 miliar, dibandingkan kuartal pertama tahun lalu mencatat kerugian Rp1,4 triliun," tegasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Kinerja Kuartal I 2021

Sebelumnya, perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (”SMART”) membukukan penjualan bersih Rp 11,10 triliun pada kuartal I 2021.

Peningkatan sebesar 15 persen dibandingkan dari periode sebelumnya disebabkan kenaikan harga jual rata-rata selama periode berjalan.

Sejalan dengan hal itu, laba usaha dan EBITDA meningkat signifikan menjadi masing-masing Rp 574 miliar dan Rp 1,08 triliun. SMART juga mencatat laba bersih sebesar Rp 250 miliar dari posisi sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,41 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

“Kami gembira melihat pencapaian SMART pada kuartal pertama tahun 2021 di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. SMART akan terus memperkuat keunggulan kompetitifnya melalui inovasi yang mutakhir dan praktik-praktik yang berkelanjutan,” ujar Wakil Direktur Utama sekaligus Sekretaris Perusahaan PT SMART Tbk, Jimmy Pramono dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, (15/6/2021).

Per 31 Maret 2021, luas area tertanam Perseroan adalah sebesar 137.600 hektar, terdiri dari 106.300 hektar area inti dan 31.300 hektar area plasma. Dari total area tertanam tersebut, sekitar 95 persen telah menghasilkan, selama kuartal I-2021, Perseroan memanen 670 ribu ton tandan buah segar (TBS), tumbuh 12 persen dibandingkan panen kuartal I 2020.

Peningkatan hasil panen ini didukung oleh kondisi cuaca yang baik. TBS tersebut diolah lebih lanjut di 16 pabrik kelapa sawit dengan jumlah kapasitas 4,35 juta ton per tahun.

Perseroan memproduksi minyak sawit (“CPO”) dan inti sawit (“PK”) masing- masing sebesar 152 ribu ton dan 40 ribu ton pada kuartal yang sama. Tingkat ekstraksi minyak sawit adalah 21,2 persen sedangkan tingkat ekstraksi inti sawit mencapai 5,6 persen.

Terkait prospek industri, Jimmy menuturkan, saat ini pasokan minyak nabati global sangat terbatas terutama dipengaruhi oleh kondisi cuaca kering di Amerika Selatan dan belahan dunia lainnya.

“Kami memprediksi ketatnya pasokan akan terus berlanjut sepanjang tahun ini. Dengan bergulirnya program vaksinasi COVID-19 secara global, kami optimis bahwa permintaan minyak nabati tetap kuat, baik dari sektor pangan maupun energi,” kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya tetap waspada dan senantiasa memantau perkembangan pandemi COVID-19 terutama di negara konsumen utama.