Sukses

Pemegang Saham Restui Bank Ina Perdana Gelar Rights Issue

PT Bank Ina Perdana (BINA) akan menerbitkan 2 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam rangka rights issue.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Ina Perdana (BINA) menyetujui rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Bank Ina Perdana akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2 miliar lembar saham dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah PUT III dengan nominal Rp 100 setiap saham.

"Untuk jumlah pendanannya itu belum diputuskan. Tetapi minimal Rp 1 triliun. Rights issuenya kurang lebih nilainya Rp 1 triliun," kata Direktur Utama BINA, Daniel Budirahayu dalam paparan publik, Rabu (16/6/2021).

Daniel menuturkan, Perseroan saat ini secara finansial tidak memerlukan penambahan modal. Namun, merujuk pada aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dimana modal bank di 2021 minimal Rp 2 miliar, maka Perseroan gelar rights issue.

"Secara finansial belum diperlukan untuk menambah modal. Tetapi karena itu syarat dari OJK  bahwa 2021 modal bank minimal harus Rp 2 triliun, jadi kami mau enggak mau harus rights issue,” kata dia.

Hingga akhir 2020, Bank Ina membukukan Capital Adequacy Ratio (CAR) aau rasio kecukupan modal sebesar 23,9 persen. Adapun dana yang diperoleh dari hasil PUT III, setelah dikurangi biaya-biaya terkait akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja pengembangan usaha perseroan.

"Rencananya digunakan untuk pengembangan khususnya di teknologi, infrastruktur, untuk proses digitalisasi juga akan memerlukan biaya investasi yang cukup besar,” ujar Daniel.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Absen Bagi Dividen

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Ina (BINA) menyepakati tidak ada pembagian dividen untuk tahun buku 2020. Laba bersih Perseroan tahun buku 2020 sebesar Rp 19,38 miliar akan dialokasikan untuk dana cadangan umum sebesar Rp 3,87 miliar. Sisanya sebesar Rp 15,57 miliar akan dibukukan sebagai laba ditahan.

"Dengan demikian Perseroan tidak memberikan dividen  untuk tahun buku 2020,” ujar Direktur Utama BINA, Daniel Budirahayu dalam RUPS, Rabu, 16 Juni 2021.

Sepanjang 2020 Perseroan mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 430,26 miliar. Naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 353,52 miliar. Sejalan dengan itu, beban bunga juga mengalami kenaikan menjadi Rp 261,55 miliar dari sebelumnya RP 203,57 miliar. 

Sehingga diperoleh pendapatan bunga neto sebesar Rp 168,70 miliar. Dari pendapatan operasional lainnya tercatat sebesar Rp 73,21 miliar dengan beban operasional Rp 213,3 miliar. Setelah dikurangi beban pajak, laba tahun berjalan tercatat sebesar Rp 19,37 miliar.

Selain itu, RUPS juga menyetujui susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan baru sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama (Independen): Inawaty Handojo

Komisaris (Independen): Yohanes Santoso Wibowo

Komisaris: Josavia Rachman Ichwan

 

Direksi:

Direktur Utama: Daniel Budirahayu

Direktur: Kiung Hui Ngo

Direktur: Yulius Purnama Junaedi

 

3 dari 3 halaman

Gerak Saham BINA

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Rabu, 16 Juni 2021, saham BINA naik 1,52 persen ke posisi Rp 2.000 per saham. Saham BINA naik lima poin ke posisi Rp 1.975 per saham. Saham BINA berada di posisi terendah Rp 1.970 dan tertinggi Rp 2.070 per saham. Total frekuensi perdagangan 650 kali dengan volume perdagangan 14.675. Nilai transaksi harian saham Rp 3 miliar.

Saham BINA melonjak 185,51 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Saham BINA berada di posisi tertinggi Rp 2.230 dan terendah Rp 685 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 85.178 kali dengan nilai transaksi Rp 670,9 miliar.