Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) atau saham DCII pada Kamis, (17/6/2021).
BEI suspensi saham DCII seiring terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT DCI Indonesia Tbk. Suspensi saham DCII dilakukan pada pasar regular dan pasar tunai mulai sesi I perdagangan 17 Juni 2021 hingga pengumuman bursa lebih lanjut.
Baca Juga
Mengutip data RTI, saham DCII naik 17,41 persen ke posisi Rp 59.000 per saham pada penutupan perdagangan Rabu, 16 Juni 2021. Saham DCII dibuka naik 250 poin ke posisi Rp 50.500 per saham. Saham DCII berada di posisi tertinggi Rp 60.300 dan terendah Rp 50.250 per saham.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan 906 kali dengan volume perdagangan 1.720. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 miliar. Kapitalisasi pasar saham DCII mencapai Rp 140,64 triliun.
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham DCII sudah melambung 13.947 persen. Saham DCII berada di posisi terendah Rp 525 dan tertinggi Rp 60.300. Total frekuensi perdagangan 14.714 kali dengan nilai transaksi Rp 3,2 triliun
Kenaikan harga saham DCII ini pun tak luput dari perhatian Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 1991-1996 Hasan Zein Mahmud. Ia menulis, sihir itu Bernama saham DCII. Saham DCII yang tercatat di BEI pada 6 Januari dengan harga IPO Rp 420 per saham. Saham DCII itu mengalami ARA pada sesi pertama, Rabu 16 Juni 2021. Saham DCII bahkan sudah sentuh harga Rp 60.300.
"Sihir itu bernama DCII. Saham DCI Indonesia Tbk. Tercatat di BEI 06 Januari 2021. Harga IPO Rp 420. Pada Sesi 1 hari ini, Rabu 16 Juni 2021 mengalami ARA - saya tak menghitung yang ke berapa - pada harga Rp 60.300. Tidak. Anda tidak keliru membaca! Enampuluhributigaratus rupiah,” tulis dia seperti dikutip dari pesan singkat, Kamis (17/6/2021).
Hasan menilai, investor Amerika Serikat menganggap saham TSLA (Tesla) sebagai "keajaiban", karena harganya naik 160 kali lipat dalam kurun 10 tahun sejak IPO.
“Nah saham DCII adalah keajaiban di puncak keajaiban. Naik hampir 150 x dalam kurun waktu enam bulan sejak IPO! Saya belum pernah membaca peristiwa seperti ini selama 45 tahun menjadi pelayan di pasar modal,” tulis dia.
Hasan melihat ada peluang besar dari transformasi ekonomi Indonesia ke arah digital economy. Ia menilai, dalam lingkungan transformasi cepat semacam itu, tiap organisasi terutama unit usaha menghadapi pertumbuhan terus menerus dan berkelanjutan.
Intuisi saya memang menangkap peluang besar dari transformasi ekonomi Indonesia ke arah digital economy. Dalam lingkungan transformasi cepat semacam itu maka tiap organisasi - terutama unit “Butuh dukungan pusat data yang mampu menyediakan fasilitas penyimpan informasi dan aplikasi bisnis yang andal, efisien, aman, dan mampu dengan cepat menyesuaikan pelayanan dengan perkembangan bisnis model mereka,” kata dia.
Hasan menambahkan, hal yang menjadi pertanyaan mengenai seberapa besar potensi bisnis pusat data dalam beberapa tahun ke depan.
“Tapi berapa besarkah potensi bisnis pusat data beberapa tahun ke depan? Salah satu tulisan yang pernah saya baca (lupa sumbernya) memperkirakan nilai bisnis data center hingga 2025 masih berkisar USD 4 miliar per tahun,” kata dia.
Hasan menekankan, ketika suatu teknologi baru berkembang, aka nada banyak entry ke dalam industri. Oleh karena itu, sedikit perusahaan akan berkembang.
“Sedikit perusahaan akan berkembang menjadi leader. Sebagian besar akan get out of the market,” tulis dia.
Selain itu ia membandingkan mengenai kapasitas data yang dimiliki PT DCI Indonesia dan PT Telkom Indonesia Tbk.
"Hyperscale Data Center (HDC) milik DCII dan TLKM yang melakukan toping off pada waktu hampir bersamaan. Keduanya memiliki setifikasi tier 3 dan 4. HDC milik DCII memiliki kapasitas 3.000 rack. 15 MW. HDC milik TLKM memiliki kapasitas 10.000 rack dan 75 MW,” tulis dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
DCI Indonesia Masuk 10 Emiten Kapitalisasi Besar
Sebelumnya, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) terus melambung usai penghentian sementara perdagangan (suspensi) dibuka pada Rabu, (16/6/2021). Hal itu mendorong kenaikan harga saham DCII mencapai puluhan ribu persen sepanjang tahun berjalan 2021 sehingga masuk 10 emiten kapitalisasi pasar terbesar di BEI.
Mengutip data RTI, saham DCII naik 17,41 persen ke posisi Rp 59.000 per saham pada penutupan perdagangan Rabu, 16 Juni 2021. Saham DCII dibuka naik 250 poin ke posisi Rp 50.500 per saham. Saham DCII berada di posisi tertinggi Rp 60.300 dan terendah Rp 50.250 per saham.
Total frekuensi perdagangan 906 kali dengan volume perdagangan 1.720. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 miliar. Kapitalisasi pasar saham DCII mencapai Rp 140,64 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham DCII masuk 10 emiten kapitalisasi terbesar pada 16 Juni 2021. Saham DCII berada di posisi sembilan dari 10 saham emiten kapitalisasi besar. Posisi DCI Indonesia di bawah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). TPIA catatkan kapitalisasi pasar Rp 168 triliun.
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham DCII sudah melambung 13.947 persen. Saham DCII berada di posisi terendah Rp 525 dan tertinggi Rp 60.300. Total frekuensi perdagangan 14.714 kali dengan nilai transaksi Rp 3,2 triliun.
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,17 persen ke posisi 6.078,56 pada Rabu pekan ini. Nilai transaksi harian saham tercatat Rp 12,36 triliun dan volume perdagangan 16,42 miliar saham. Total frekuensi perdagangan 1.111.810 kali.
Advertisement