Sukses

Buat Investor Pemula, Instrumen Investasi Ini Bisa Jadi Pertimbangan

Plt. Direktur SUN DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan, kesadaran masyarakat terkait dengan investasi meningkat, terutama mengenai dana darurat.

Liputan6.com, Jakarta - Kesadaran investasi kian meningkat di kalangan anak muda, baik generasi milenial maupun generasi Z (gen Z). Peningkatan itu makin tinggi selama pandemi COVID-19 berlangsung sejak awal 2020.

Plt. Direktur SUN DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan, kesadaran masyarakat terkait dengan investasi meningkat, terutama mengenai dana darurat.

"Pertumbuhan jumlah investor baik di pasar saham maupun di pasar obligasi meningkat lebih tajam lagi,” kata dia dalam Virtual Launching SBR010, Senin (21/6/2021).

Hingga Mei 2021, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal mencapai 5,3 juta SID. Naik 38,43 persen dari posisi 2020 sebanyak 3,8 SID. Peningkatan tak hanya terjadi di pasar modal.

Investor reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN) juga meningkat masing-masing 47,87 persen dan 14,78 persen. Jumlah investor tersebut menjadi 4,7 juta SID untuk investor reksa dana, dan 528.423 untuk investor SBN.

"Kita sebagai pemerintah menyambut baik minat masyarakat, terutama dari kalangan muda untuk investasi. Namun harus dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan,” kata dia.

Namun demikian, Deni mencatat pertumbuhan investor yang lebih justru terjadi pada instrumen dengan risiko lebih tinggi, yakni aset kripto.

Seperti diketahui, aset kripto merupakan investasi dengan fluktuasi yang tinggi. Sebelumnya, data Kementerian Perdagangan mencatat pemain dalam aset kripto tercatat 6,5 juta orang hingga Mei, naik dibandingkan jumlah investor di 2020 sekitar 4 juta.

Mengingat pasar kripto yang fluktuatif, Deni mengimbau untuk investor pemula agar memilih instrumen investasi yang aman. "Investasi dengan risiko tinggi seperti kripto ini kalau tidak siap mental, bukannya cuan malah dapat serangan jantung,” celetuk Deni.

"Jadi untuk investor pemula sebaiknya sebelum masuk ke investasi berisiko, mulai dulu dengan investasi konservatif dulu. Investasi yang minimal imbal hasilnya lebih tinggi dari inflasi dan aman,” Deni menambahkan.

Setelah itu, Deni menambahkan, bisa mengembangkan portofolio dengan menambah diversifikasi investasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Namun, perlu dicatat, imbal hasil tinggi berbanding lurus dengan risikonya.

"Sebagai pertimbangan, reksa dana pasar uang, pendapatan tetap itu suatu instrumen investasi yang cukup menarik dan aman. Pemerintah punya juga  SBN ritel seperti yang saat ini baru ditawarkan, SBR010,” kata Deni.

Pemerintah menerbitkan SUN ritel yang sifatnya tidak dapat diperdagangkan atau non tradable yaitu Savings Bond Ritel seri SBR010.

Bentuk dan karakteristik obligasi ini meliputi tanpa warkat, tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dan tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo kecuali pada masa Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo (Early Redemption).

"Itu yang bisa dipertimbangakn investor untuk mendiversifikasi portofolionya,” pungkas Deni.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Alternatif Investasi SBR010

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menawarkan Savings Bond Ritel seri SBR010 yang merupakan satu-satunya seri SBR yang diterbitkan pada 2021. Hal ini sebagai salah satu upaya pembiayaan APBN 2021.

Adapun APBN 2021 difokuskan untuk kebijakan penanganan pandemi COVID-19 dan percepatan pemulihan ekonomi. Untuk itu, Pemerintah dan DPR menyepakati defisit APBN 2021 sebesar 5,7 persen PDB atau 1.006,4 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman mengatakan, untuk pemenuhan target pembiayaan APBN, konsistensi Pemerintah untuk menerbitkan surat berharga negara ritel secara regular merupakan salah satu upaya strategi untuk pendalaman pasar keuangan dan perluasan basis investor domestik.

Dengan semakin meningkatnya masyarakat untuk berinvestasi dalam berpartisipasi dalam penerbitan SBN diharapkan membuat Indonesia semakin mandiri dalam pembangunan 

"Untuk itu, tahun ini Pemerintah berencana menawarkan 7 seri SBN ritel. Baik ABN konvensional yaitu seri ORI dan SBR, maupun SBN berbasis syariah yaitu seri sukuk ritel sukuk tabungan dan yang terbaru adalah sukuk wakaf ritel,” kata dia dalam Virtual Launching SBR010, Senin, 21 Juni 2021.

Pada semester I 2021, Pemerintah telah menerbitkan seri ORI dan sukuk ritel yang sifatnya tradeable serta sukuk wakaf ritel pada bulan Ramadan.

"Dalam rangka untuk menambah alternatif instrumen investasi yang aman dan juga menguntungkan bagi masyarakat hari ini Pemerintah membuka penawaran SUN ritel yang sifatnya  tidak dapat diperdagangkan atau non tradable yaitu Savings Bond Ritel seri SBR010," tutur Luky.

3 dari 3 halaman

Jangkau Generasi Milenial dan Generasi Z

Di tengah era suku bunga rendah dunia saat ini, SBR010 memiliki fitur yaitu kuponnya Floating The Floor yang jarang dimiliki oleh instrumen investasi lainnya. Dengan fitur ini imbal hasil dipatok dipatok minimal sebesar kupon saat penerbitan.

Di sisi lain investasi berpotensi beri imbal hasil yang lebih tinggi jika suku bunga acuannya meningkat yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Oleh karena itu, selain menawarkan kupon yang kompetitif dibandingkan produk yang lainnya serta ada perlindungan dari inflasi, SBR010 juga dapat digunakan untuk melindungi investor dari risiko fluktuasi bunga di pasar.

"SBR010 kali ini kita akan dengan tingkat kupon 5,10 persen, tenor 2 tahun, adanya fasilitas early redemption dan masa penawaran dimulai mulai hari ini tanggal 21 Juni sampai dengan tanggal 15 Juli 2021,” kata Luky.

Untuk memfasilitasi investor terutama generasi milenial dan juga generasi Z, pemerintah telah menurunkan nilai investasi minimal dari Rp 5 juta sebelumnya menjadi hanya Rp 1 juta dan dengan investasi maksimal adalah Rp 3 miliar.

Sementara, untuk meningkatkan kenyamanan berinvestasi di tengah pandemi ini, pemerintah telah mengembangkan platform digital yang disebut E-SBN. Sehingga pemesanan dan pembayaran SBN ritel dapat dilakukan secara online melalui 26 mitra distribusi yang telah ditunjuk pemerintah. 

"Dana yang diperoleh dari hasil penerbitan SBR010 akan digunakan untuk pemenuhan target pembiayaan APBD 2021, termasuk pembiayaan untuk pengadaan vaksin, biaya kesehatan, bantuan sosial, dukungan kepada UMKM , serta program prioritas penanganan dan pemulihan dampak pandemi lainnya,” ujar Luky.