Sukses

Alasan Lo Kheng Hong Pegang Saham Mitrabahtera Segara Sejati

Lo Kheng Hong memegang kepemilikan 6,11 persen dengan total 107.012.600 lembar saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).

Liputan6.com, Jakarta - Investor kawakan tanah air, Lo Kheng Hong tercatat sebagai pemilik saham di atas 5 persen atas saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) atau saham MBSS. Merujuk data KSEI, Lo Kheng Hong memegang kepemilikan 6,11 persen dengan total 107.012.600 lembar saham.

Meski belum mencatatkan kinerja yang signifikan, Lo Kheng Hong menilai MBSS memiliki prospek yang cukup baik. Kecukupan modal Perseroan dinilai masih mampu untuk menutup total utang tercatat Perseroan.

"Perusahaan itu sehat. Dilihat dari utangnya, kalau dipotong dia punya kas, praktis utangnya nol. Jadi perusahaan ini sehat, kata Lo Kheng Hong dalam  The First Indonesia Investor Summit, Sabtu (26/6/2021).

Sepanjang kuartal pertama 2021, MBSS mencatatkan pendapatan sebesar USD 15,17 juta, atau sekitar Rp 219,34 miliar (kurs Rp 14.457 per USD). Turun dibandingkan pendapatan kuartal I-2020 sebesar USD 16,37 juta atau Rp 236,7 miliar.

Dari raihan itu, Perseroan mencatatkan laba kotor sebesar USD 1,32 juta. Sayangnya, setelah dikurangi beban pajak dan lainnya, MBSS mencatatkan rugi bersih periode berjalan sebesar USD 1,4 juta atau sekitar Rp 20,03 miliar. Namun, angka ini lebih baik dibandingkan rugi kuartal I-2020 sebesar USD 2,18 juta atau Rp 31,53 miliar.

Sementara dari sisi aset Perseroan tercatat sebesar USD 188,27 juta atau Rp 2,72 triliun. Dengan ekuitas USD 155,41 juta dan liabilitas sebesar USD 32,86 juta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Harap Momentum bagi MBSS

Sebagai gambaran, Lo Kheng Hong menyinggung kinerja Samudera Indonesia (SMDR) yang juga tak begitu cemerlang pada 10-15 tahun lalu. "Tapi buktinya hari ini naik karena tarif naik, jadi untung,” kata Lo.

"Jadi kalau itu terjadi di Samudera Indonesia, harapannya suatu hari juga bisa terjadi di MBSS,” imbuhnya.

Keyakinan itu merujuk pada tren kenaikan pada harga batu bara. Dengan kenaikan harga itu, Perusahaan batu bara akan ekspansi dan membutuhkan lebih banyak kapal tongkang untuk mengangkut. Ditambah tambang nikel juga tengah digenjot, sehingga permintaan kapal tongkang diperkirakan akan meningkat.

"Kapal tongkang sekarang banyak yang pergi ke Sulawesi angkat nikel, jadi stok kapal tongkang berkurang. Kalau stok berkurang, dengan harapan itu bisa naik. Jadi jangan remehkan MBSS," kata Lo Kheng Hong.

"Siapa tahu suatu hari dia bisa mengikuti jejak Samudera Indonesia,” celetuknya mengimbuhi.

Lo Kheng Hong berharap ini menjadi momentum bagi MBSS, mengingat harga batubara yang berada di kisaran USD 120 per ton. Membuat banyak tambang batu bara lakukan ekspansi. "Jadi semua tambang batubara melakukan ekspansi. Kalau ada ekspansi, muatan tongkang jadi penuh,” ujar Lo Kheng Hong.

"Apa yang terjadi di Samudera Indonesia, saya juga berharap bisa terjadi MBSS," pungkas Lo Kheng Hong.