Liputan6.com, Jakarta - Investasi di pasar modal kiani diminati seiring jumlah investor pasar modal makin berkembang di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan investor pasar modal yang mencapai 38,43 persen dari 3,88 juta pada 2020 menjadi 5,37 juta.
Dari jumlah investor di pasar modal, investor pria masih mendominasi dibandingkan perempuan. Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), investor pria mencapai 61,78 persen dengan aset Rp 610,56 triliun dan perempuan mencapai 38,22 persen dengan aset Rp 208,59 triliun per Mei 2021. Dari sisi pekerjaan, jumlah ibu rumah tangga menjadi investor mencapai 4,57 persen per Mei 2021.
Melihat hal tersebut, jumlah investor masih didominasi oleh kaum pria. Hal ini tak lepas dari anggapan, kalau pria lebih mengerti investasi. Selain itu, investasi dinilai sesuatu hal yang rumit. Padahal tidak demikian. Perempuan juga memiliki kesempatan untuk mandiri dalam keuangan dengan berinvestasi. Apalagi perempuan juga sering diidentikkan dengan manajer keuangan dalam rumah tangga.
Advertisement
Baca Juga
ASEAN Pioneer Mentor Award Recipient Maristela menuturkan, perempuan juga perlu berinvestasi. Ia menuturkan, 75 persen perempuan menyesal kenapa tidak belajar investasi. Hal ini agar dapat membekali putra putrinya untuk mendapatkan ilmu investasi sehingga ketika berumah tangga dapat mengelola keuangan dan investasi keluarga.
"Berdasarkan riset juga hidup perempuan lebih panjang 4,4 tahun sehingga mengandalkan dana pensiun dan mengandalkan diri sendiri untuk kehidupan. Sehingga wanita perlu banyak sisihkan dana,” ujar dia dalam diskusi virtual The First Indonesia Investor Summit 2021 bertajuk "The Rise of Indonesia Stock Market, ditulis Minggu (27/6/2021).
Ia menambahkan, kenyataan 50 persen perempuan menyisihkan dana untuk dana pensiun sedangkan pria mencapai 70 persen. "Dana pensiun yang terkumpul hanya 39 persen dari dana pensiun pria, jadi ada gap cukup jauh,” kata dia.
Maristela menuturkan, ada sejumlah hal yang membuat perempuan tak berinvestasi. Salah satunya perempuan merasa tidak percaya diri karena investasi itu hanya uruan pria. Kemudian ada bias gender karena investor perempuan dinilai tidak pintar investasi.
Ia mencontohkan, kejadian dari dalam rumah tangga, ketika bapak-bapak milih saham, saat ditanya ibu-ibu kenapa serius banget saham, ribet ini sama saham, ibu sana bikin gorengan saja.
"Kalau ada putri nanya, ini saham nak, sana saja main musik. Sedangkan kalau anak pria nanya, diajak sini ajarkan saham. Jadi banyak juga pria sebagai kepala rumah tangga memandang investasi itu kurang dilibatkan (untuk perempuan-red),” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kiat Investasi
Padahal menurut Maristela, investasi tersebut tidak rumit dan dapat dijalankan sederhana. Maristela pun membagikan kiat berinvestasi untuk perempuan.
Pertama, wisdom of mind. Maristela menuturkan, investasi itu juga bermula dari pikiran. Kadang perempuan lebih mementingkan berencana kumpul-kumpul, reuni dan lainnya ketimbang merencanakan keuangan dan investasi.
"Kalau planning wedding dari urusan guest list, souvenir, bungkus sisa makanan disediakan, tapi kalau investment planning suka lupa bahkan tidak menyisakan dana untuk pensiun. Jangan lupa mana yang perlu diprioritaskan, Urusan financial planning itu selama hidup kita,” kata dia.
Selain itu, ada gender stereotyping. Maristela menuturkan, pria bicara soal keuntungan dan uang merupakan sosok yang hebat. Namun, ada pandangan kalau perempuan bicara untung dan investasi dipersepsikan matre, dan juga khawatir kalau salah hitung bisa rugi. Hal itu itu ditakuti perempuan.
Lalu apakah benar perempuan tidak bisa investasi? Menurut Maristela, investor legendaris Warren Buffett menerapkan investasi ala perempuan. Hal ini dinilai dari karakter perempuan yang lebih banyak investasi ketimbang trade atau perdagangan saham sehari-hari. Perempuan juga lebih rendah hati sehingga mendorong untuk cari tahu mengenai investasi yang digelutinya.
"Mereka cari tahu, tidak terlalu risky, dan penuh perhitungan, dipelajari dan lebih realistis. Jadi wanita itu belajar dari mistake, dan juga akan bertumbuh lebih baik dan tidka mau ambil risiko tinggi, hati-hati, tidak spekulasi,” kata dia.
Oleh karena itu, Maristela menuturkan, kaum perempuan juga memiliki bakat untuk menjadi investor.Ia mengatakan, berdasarkan riset, 52 persen investor perempuan investasi di bursa saham Nasdaq yang berisi saham teknologi.
Kedua, wisdom time. "Jangan meremehkan waktu. Waktu itu produktif, bisa berikan keuntungan dengan sabar dan konsisten,” kata dia.
Ia mencontohkan, memanfaatkan waktu dengan kekuatan konsistensi dan compounding atau penambahan nilai investasi yang berasal dari keuntungan yang diinvestasikan kembali. “Jangan berpikir cuma sedikit tetapi lebih baik sedikit dari pada tidak sama sekali investasi,” kata dia.
Advertisement
Impact Full Investing
Ketiga, konversi konsumsi menjadi investasi. “Ubah konsumsi dengan investasi. Bisa dengan berhemat,” kata dia.
Maristela menuturkan, bakat investasi sudah ada dalam diri perempuan seiring jago cari barang diskon, jago menawar dan suka mencari barang murah. Hal itu juga bisa diterapkan dengan mencari perusahaan bagus dengan harga saham diskon sehingga pintar untuk membagikan portofolio.
"Investasi itu tidak rumit. Itu bisa dilakukan sehari-hari dan tidak usah tunggu suami. Kita bisa cari dana misalkan dari spending yang bisa di save untuk investasi misalkan kosmetik, kurangi beli camilan dan kerupuk untuk investasi,” ujar dia.
Keempat, knowledge. Maristela menuturkan, tidak ada kata terlambat untuk dipelajari. Investasi bisa dipelajari dari usia muda bahkan 60 tahun. Dengan bekal pengetahuan investasi yang dimiliki perempuan dapat menghasilkan pertumbuhan.
"Semua hal bisa dipelajari. Umur 60 tahun bisa. Ketika learn jadi able, apa yang bisa dipelajari bisa menghasilkan, tidak bergantung ikut-ikutan, hoki, dengan knowledge investasi bisa bertumbuh,” kata dia.
Kelima impact full investing. Maristela mengatakan, investasi di perusahaan yang berdampak terhadap lingkungan, wawasan, perempuan dan anak. Demikian juga investasi untuk generasi selanjutnya yang akan bertumbuh dan lebih sejahtera. “Cari perusahaan dengan bibit, bebet, dan bobot bagus,” kata dia.