Liputan6.com, Jakarta - PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menyatakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan perseroan untuk mengembangkan usaha. Meski nilai utang besar, perseroan tidak khawatir lantaran memiliki aset yang dapat dipakai untuk membayar pinjaman.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mencatat total liabilitas naik 6,28 persen dari Rp 3,51 triliun pada 2019 menjadi Rp 3,73 triliun pada 2020. Rincian liabilitas itu antara lain total liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1,43 triliun dan jangka panjang Rp 2,29 triliun pada 2020.
Sementara itu, berdasarkan data RTI, total debt to equity ratio (DER) mencapai 2,91 kali. Sedangkan total ekuitas perseroan Rp 1,43 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk, Projo Sunarjanto menuturkan, pertumbuhan bisnis diikuti dengan utang. Selain itu, pinjaman tersebut, menurut Projo menunjukkan kepercayaan dari perbankan kepada perseroan.
"Makin besar asetnya, bisnisnya growing. Bisnis growing utang besar. Aset kita bertumbuh itu aset likuid," kata dia saat acara The First Indonesia Investor Summit 2021 bertajuk "The Rise of Indonesia Stock Market, ditulis Minggu (27/6/2021).
Ia menambahkan, aset yang dimiliki perseroan seperti mobil merupakan harta karun yang bisa dipakai untuk pembayaran utang.
"Makin gede mobil yang dimiliki ASSA itu harta karun. Empat tahun lagi itu jadi uang. Utang dari BCA, Mandiri, sudah pasti mereka yakin aman. Kita sudah berhubungan 14-15 tahun funding dari mereka aman-aman saja," kata dia.
Projo menuturkan, PT Adi Sarana Armada Tbk mencicil tiap bulan untuk pembayaran utang sehingga hal tersebut juga disukai perbankan. Ia menyatakan, aset yang dimiliki bukan seperti aset pabrik sehingga tidak mengkhawatirkan likuiditas dan ganggu kinerja perseroan. "Bank senang pinjam ke ASSA karena tiap bulan cicil. BPKP dipegang mereka, itu aman," ujar Projo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Target Kinerja 2021
Terkait target kinerja perseroan, Projo mengatakan, pendapatan diharapkan bisa mencapai Rp 4 triliun pada akhir 2021. Sedangkan laba bersih diharapkan dapat mencapai Rp 150 miliar-Rp 180 miliar.
"Revenue masih tumbuh dari Rp 2,3 triliun jadi Rp 3 triliun. Akhir tahun Rp 4 triliun, omzet (tumbuh-red) 30 persen. Profit Rp 150 miliar-Rp 180 miliar. Saving dari convertible bond Rp 700 miliar tidak ada bunga, dapat tambahan profit Rp 25 miliar dalam enam bulan," ujar dia.
Pada 2020, perseroan mencatat pendapatan Rp 3,03 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 87,14 miliar.Pendapatan perseroan antara lain terbesar masih dari sewa kendaraan mobil penumpang atau autopool mencapai Rp 1,26 triliun, disusul jasa pengiriman Rp 794,72 miliar, penjualan kendaraan bekas Rp 380,56 miliar, sewa juru mudi Rp 284,45 miliar, jasa lelang Rp 177,74 miliar,jasa logistik Rp 139,72 miliar.
Perseroan mencatatkan, persentase pendapatan dari rental mencapai 51 persen, Antereja 25 persen, dan used car 12 persen. Perseroan mengatakan, Antereja akan paling tinggi pertumbuhan ke depan.
Advertisement