Sukses

Ekspor Bentoel Internasional Investama Tergantung Kondisi COVID-19

PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menyatakan telah ekspor produk berkualitas tinggi ke 23 negara.

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2020, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara dengan nilai mencapai Rp 2,9 triliun.

Dari raihan itu, Perseroan mengaku mengalami peningkatan negara tujuan ekspor, dari semula 20 negara menjadi 23 negara pada 2021.

"Pada tahun 2020, Perseroan telah berhasil melakukan ekspor produk-produk yang berkualitas tinggi kami ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah yang nilainya mencapai Rp 2,9 triliun," kata Direktur Perseroan, Steve Pore dalam paparan publik, Jumat (2/7/2021).

"Pencapaian ini tentunya turut memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan ekspor negara dan pertumbuhan ekonomi nasional," ia menambahkan.

Pada 2021, Perseroan juga memprioritaskan peningkatan kapabilitas ekspor untuk mendukung program Pemerintah. Namun demikian, melihat perkembangan ekonomi saat ini yang terimbas pandemi, Steve belum bisa menjabarkan detil target ekspor untuk tahun ini.

Di sisi lain, Perseroan juga menanti sejumlah regulasi yang akan mengakomodir keberlangsungan industri ini, termasuk untuk ekspor.

"Kami sangat puas dengan performance ekspor di 2020. Dan kami akan lanjutkan ini di tahun berikutnya. Namun, tergantung pada kondisi COVID-19,” kata Steve.

Adapun tiga pasar utama yang dibidik perseroan antara lain Jepang, Malaysia, dan pasar di Australia serta New Zealand. "Kami akan terus lanjutkan ekspor tapi semua tergantung pada regulasi yang dukung kegiatan ekspor ini," pungkas Steve.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Optimistis Catat Kinerja Positif

Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) optimistis dapat mencatatkan kinerja positif hingga akhir tahun ini. Meski begitu, Perseroan belum dapat memastikan detailnya, mengingat situasi ekonomi yang masih belum pasti, imbas pandemi covid-19.

"Mudah mudahan kami dapat hasil yang sesuai dengan apa yang kita targetkan di akhir tahun ini,” kata Direktur Perseroan, Steve Pore dalam paparan publik, Jumat, 2 Juli 2021.

Steve mengatakan, dalam situasi penuh tantangan seperti saat ini, Perseroan berhasil mengambil langkah strategis, yakni menaikkan harga terlebih dahulu dibandingkan kompetitornya.

Seperti diketahui, pada 2020 lalu Pemerintah menaikkan tarif cukai untuk hasil tembakau. Hal itu berimbas pada kenaikan harga jual eceran hingga penurunan kinerja industri. Belum selesai imbas dari kebijakan tersebut, industri rokok harus dihadapkan dengan pandemi COVID-19.

"Dalam situasi penuh tekanan. tapi dengan berbagai pertimbangan kami ambil langkat lebih dulu dibanding kompetitor. Di mana kita naikkan harga,” kata Steve.

Langkah tersebut berbuah manis pada kuartal pertama 2021. Merujuk laporan keuangan perseroan, Perseroan berhasil mencatatkan penjualan senilai Rp 2,3 triliun. Angka ini turun 43,8 persen secara tahunan.

Namun demikian, pada kuartal pertama 2021, Perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi sebesar Rp 2,02 triliun, dari Rp 3,57 triliun di kuartal I-2021.

Dari raihan itu, Perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 7,1 miliar. Jauh lebih kecil dari rugi berjalan yang dapat didistribusikan kepada entitas induk di kuartal I-2020 sebesar Rp 43,3 miliar.

Secara kuartalan, Perseroan juga berhasil menekan rugi tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada entitas induk dari Rp 2,66 triliun di akhir 2020. Dengan begitu, Perseroan yakin akan dapat melanjutkan perbaikan di sisa tahun ini.

"Pertumbuhan bisnis kami sangat baik. Tapi untuk enam bulan ke depan belum bisa beri informasi apapun. Tapi kami tetap optimis,” kata Steve.