Sukses

Wall Street Bervariasi, Investor Mencermati Data Ekonomi AS

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 208,98 poin menjadi 34.577,37.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tergelincir pada perdagangan saham Selasa, 6 Juli 2021. Hal ini seiring kekhawatiran pemulihan ekonomi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 208,98 poin menjadi 34.577,37. Indeks Dow Jones tertekan karena saham Dow Inc, Caterpillar, JPMorgan dan Chevron yang melemah. Indeks S&P 500 turun 0,2 persen menjadi 4.343,54 setelah capai rekor. Indeks S&P 500 hentikan kenaikan beruntun selama tujuh hari, terpanjang sejak Agustus.

Indeks Nasdaq naik 0,17 persen menjadi 14.663,64. Saham Amazon menguat 4,7 persen setelah Departemen Pertahanan membatalkan kontrak cloud JEDI senilai USD 10 miliar dengan Microsoft.

Sebaliknya, departemen meluncurkan kontrak baru dan meminta proposal dari Amazon dan Microsoft. Ditambah, Andy Jassy resmi mengambil alih sebagai CEO Amazon pada Senin, 5 Juli 2021. Jeff Bezos sekarang Chairman Amazon.

Investor berupaya mencerna sejumlah tanda pertumbuhan ekonomi yang cepat dari pandemi COVID-19. Indeks ISM Services, ukuran utama sektor jasa melambat menjadi 60,1 pada Juni dari rekor pada bulan sebelumnya.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 63,5. Ini mengikuti laporan pekerjaan pada Jumat pekan ini yang menunjukkan tingkat pengangguran kembali naik 5,9 persen terhadap ekspektasi 5,6 persen.

Imbal hasil obligasi juga turun pada Senin, 5 Juli 2021 dengan imbal hasil surat berharga tenor 10 tahun di bawah 1,4 persen. Ini dinilai bukti lebih lanjut investor meragukan kekuatan ekonomi AS.

Banyak pelaku pasar di Wall Street mengharapkan keuntungan yang lebih kecil dan tajam pada sisa 2021 setelah kinerja yang kuat selama semester I 2021. Indeks S&P 500 menguat hampir 16 persen pada 2021.

"Ekonomi AS sedang booming, tetapi ini sekarang dikenal dan pasar aset mencerminkannya. Apa yang tidak begitu jelas lagi adalah berapa harga yang akan diperoleh pertumbuhan ini,” ujar Chief US Equity Strategist Morgan Stanley, Michael Wilson dilansir dari CNBC, Rabu (7/7/2021).

Ia menambahkan, biaya lebih tinggi berarti keuntungan lebih rendah, alasan lain mengapa pasar saham secara keseluruhan telah menyempit. “Pasar saham kemungkinan akan beristirahat musim panas ini,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Target Indeks S&P 500

Target konsensus pada akhir 2021, indeks S&P 500 berada di posisi 4.276, berdasarkan survey CNBC Market Strategist Survey.

"Semuanya sempurna dan itu membuat saya khawatir,” ujar Portfolio Manager DCLA, Sarat Sethi.

Ia menuturkan, sejak Oktober, bursa saham alami koreksi lima persen. Ia menilai, saat ini pelaku pasar alami euphoria jangka pendek.

"Kami perlu berhati-hati dan saya pikir Anda ingin berada pertumbuhan perusahaan sekuler, tidak hanya mengejar pasar di sini karena saya pikir pasar akan sangat pilih-pilih untuk sektor apa yang akan berjalan dengan baik,” ujar Sethi.

Analis Citi mengatakan, pihaknya khawatir tentang kebijakan bank sentral dan melihat potensi laporan pendapatan yang dimulai dalam beberapa minggu bisa jauh dari harapan. Juli dapat menjadi bulan yang meresahkan karena harapan bawaan yang lebih tinggi menyusul laporan kuartal pertama yang kuat.

Saham Didi Cuxhing melemah hampir 19,6 persen setelah China mengatakan pengguna baru tidak dapat mengunduh aplikasi hingga melakukan tinjauan keamanan siber. Pengumuman itu mengejutkan pasar karena Didi baru saja melakukan debut di bursa saham New York.

Selain itu, investor menunggu rilis risalah rapat Komite Pasar Terbuka pada Juni yang dijadwalkan Rabu untuk petunjuk tentang langkah bangk sentral terkait penghentian program pelonggaran kuantatif.

3 dari 3 halaman

Harga Minyak

Di sisi lain, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi dalam enam tahun karena pertemuan penting antara kelompok produsen minyak OPEC dan mitranya mengenai kebijakan produksi minyak mentah telah dibatalkan.

Penundaan itu terjadi karena Uni Emirat Arab menolak proposal untuk memperpanjang peningkatan produksi minyak untuk hari kedia.

Pada Selasa, harga minyak mentah WTI ke posisi USD 76,98 yang merupakan harga tertinggi sejak November 2014, setelah sempat turun sebelum bel pembukaan. Harga minyak WTI berada di posisi USD 73,37.