Sukses

Induk Usaha HM Sampoerna Akuisisi Fertin Pharma Rp 12 Triliun

CEO Philip Morris International (PMI), Jacek Olczak mengatakan, akuisisi Fertin Pharma akan menjadi langkah besar menuju tercapainya masa depan bebas asap.

Liputan6.com, Jakarta - Philip Morris International Inc. (PMI), perusahaan induk PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), mengumumkan telah meraih kesepakatan untuk akuisisi Fertin Pharma dengan nilai DKK 5,1 miliar (sekitar USD 820 juta atau Rp 12 triliun).

Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Mindaugas Trumpaitis, turut menyampaikan optimismenya dalam tercapainya masa depan bebas asap.

"Dengan akuisisi Fertin Pharma, Philip Morris International dapat memberikan lebih banyak alternatif yang terbukti secara ilmiah lebih rendah risiko bagi perokok dewasa. Besar harapan kami di Sampoerna untuk dapat memperkenalkan produk bebas asap ke pasar di Indonesia," ujar Mindaugas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis (8/7/2021).

Sementara, Chief Executive Officer PMI, Jacek Olczak mengatakan, akuisisi Fertin Pharma akan menjadi langkah besar menuju tercapainya masa depan bebas asap.

"Kapabilitas Fertin akan mendukung peningkatan portofolio produk bebas asap kami, khususnya di kategori modern oral, dan mempercepat transisi kami ke luar produk nikotin," kata dia

Menurut Jacek, PMI dan Fertin memiliki komitmen yang sama. Seperti pada pendekatan ilmiah dan fokus pada konsumen dalam meningkatkan kualitas hidup.

Fertin Pharma akan membawa kapabilitas dan keahlian penghantaran zat aktif secara oral seperti melalui kantong (pouch), permen karet (gum), tablet yang dapat dicairkan, dan lainnya.

Fertin Pharma berpengalaman menerapkan sistem tersebut untuk penghantaran nikotin dan merupakan produsen terdepan dalam bidang terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy).

Fertin Pharma adalah perusahaan manufaktur dan pengembangan berbasis kontrak (Coordinator Development Manufacturing Organization/CDMO) swasta berbasis di Denmark, India, dan Kanada, yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan investasi global EQT dan Bagger-Sørensen & Co.

Pada 2020, Fertin Pharma mencetak pendapatan bersih sebesar DKK 1,1 miliar (sekitar USD 160 juta atau Rp 2,3 triliun). Nilai transaksi mencerminkan sekitar 15 kali dari EBITDA Fertin Pharma pada 2020.

"Dengan kepemilikan baru, Fertin Pharma akan berada di posisi yang baik untuk terus menjalankan visi dan misi kami, termasuk meneruskan peran kami sebagai perusahaan pengembang dan manufaktur berbasis kontrak. PMI kini melalui transformasi yang sungguh menginspirasi dengan ambisi menciptakan masa depan bebas asap dan membangun portofolio produk di luar nikotin," kata Chief Executive Officer Fertin Pharma, Peter Halling.

PMI akan mendanai transaksi secara tunai dengan target menutup transaksi pada kuartal keempat 2021, sesuai dengan persetujuan dari otoritas setempat. PMI memperkirakan dampak akuisisi pada laba per saham dilusi (diluted EPS) yang disesuaikan untuk 2021 tidak material.

Melalui akuisisi Fertin Pharma, Philip Morris International akan mendapatkan keahlian substansial dan tenaga ahli (termasuk 80 ilmuwan) untuk pengembangan, formulasi, dan riset produk bebas asap. Hal ini dapat mengakselerasi pertumbuhan di kategori modern oral yang bertumbuh pesat, serta menawarkan pengalaman yang superior bagi konsumen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Target Philip Morris

Keahlian penghantaran oral Fertin Pharma akan melengkapi keahlian PMI dalam inhalasi yang kemudian dapat diterapkan untuk digunakan dengan tanaman obat (botanicals) yang terbukti secara ilmiah untuk perawatan diri dan solusi meningkatkan kualitas hidup termasuk pada aspek tidur, energi, dan fokus.

Menurut Jacek, akuisisi Fertin Pharma akan mempercepat tercapainya masa depan bebas asap, memperluas jangkauan dan akses alternatif bebas asap bagi perokok dewasa di seluruh dunia, mempercepat akhir dari produk rokok, serta membangun usaha di luar nikotin yang kuat.

"Saya sangat gembira atas tercapainya kesepakatan ini yang akan memperkaya kemampuan kami serta mendukung tujuan kami pada 2025 untuk meraih lebih dari 50% pendapatan kami dari produk bebas asap dan setidaknya USD 1 miliar dari produk di luar nikotin," ujar Jacek.