Sukses

Menengok Prospek Emiten Bank pada Semester II 2021

Analis Mirae Asset Sekuritas prediksi pertumbuhan kredit 4-5 persen pada 2021 seiring lonjakan kasus COVID-19 dan pembatasan ekonomi lebih ketat.

Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan perkembangan ekonomi dalam negeri yang terimbas pandemi COVID-19, pemerintah telah merevisi proyeksi pertumbuhan PDB berkali-kali, menjadi 3,7-4,5 persen persen baru-baru ini. Hal itu juga mempengaruhi target pertumbuhan kredit bank.

"Lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini dan pembatasan ekonomi yang lebih ketat juga akan berdampak buruk pada permintaan pinjaman. Dengan demikian, kami memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 4-5 persen tahun ini," beber tim analis Mirae Asset Sekuritas, ditulis Sabtu (10/7/2021).

Per Mei 2021, total simpanan telah meningkat 10,7 persen YoY, didominasi oleh pertumbuhan CASA. Dengan tingkat LDR di 81,8 persen, bank dibanjiri likuiditas. Hal ini karena pertumbuhan pinjaman akan tetap lemah dalam waktu dekat, diperkirakan likuiditas di sektor perbankan akan tetap cukup.

Di sisi lain, beberapa bank menengah hingga besar berencana untuk menambah modal, mengingat tingkat capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang meregang karena provisi yang berat pasca pandemi.

Sementara itu, permodalan merupakan isu yang menarik bagi bank kecil karena M&A (merger & acquisition) mungkin saja muncul. Pembatasan yang lebih ketat dapat menyebabkan meningkatnya NPL Data BI menunjukkan NPL naik ke level tertinggi sejak pandemi menjadi 3,31 persen pada Mei.

Lonjakan kasus COVID-19 yang mengarah pada pembatasan ekonomi yang lebih ketat dapat menyebabkan pinjaman bermasalah yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Sementara itu, bank juga berbondong-bondong hijrah ke digital untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Hal ini utamanya didorong perubahan perilaku masyarakat yang beralih ke digital selama pandemi berlangsung.

"Kami melihat peningkatan adopsi digitalisasi dalam hal interaksi dan transaksi di Indonesia. Bank juga memperluas kemampuan digital mereka dengan meningkatkan ekosistem API perbankan terbuka, dan fitur internet dan mobile banking,” tulis analis.

Atas kondisi tersebut, analis Mirae Asset sekuritas mempertahankan sikap overweight di sektor bank. Beberapa emiten perbankan yang bisa menjadi pilihan, antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA),PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Saham Pilihan Sepanjang Juli 2021 dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan berada di level 4,15 persen atau di bawah target pemerintah yakni 4,5 persen hingga 5,3 persen.

Meskipun terdapat risiko dari COVID-19 dan pertumbuhan ekonomi yang melambat, Tim Investment Information Mirae Asset Sekuritas menilai, terdapat sektor-sektor yang dapat dijadikan pilihan bagi investor untuk bertransaksi saham pada Juli, yakni sektor konsumen primer, kesehatan, dan infrastruktur.

Emiten perunggasan dan pakan ternak di sektor konsumen primer juga bisa menjadi pilihan, seperti PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).

Kemudian saham pilihan di sektor kesehatan terdapat emiten rumah sakit serta laboratorium yaitu PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), dan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA).

Saham pilihan di sektor infrastruktur juga bisa dicermati seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT).

Tak hanya itu, beberapa saham pilihan lain yang layak dicermati yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

"Bisnis khususnya untuk empat emiten tersebut yaitu BBTN, ERAA, AKRA, dan INDF diprediksi akan terus membaik dan meningkat pada semester II/2021,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina.