Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)/PGAS menegaskan pihaknya mulai menambahkan requirement eco di dalam perusahaannya. Hal ini tak terlepas dari layanan ramah lingkungan yang banyak dilirik dan menjadi bagian dari investasi.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan, gas yang dihasilkan perusahaan juga memiliki penggabungan dengan komponen lain sehingga lebih ramah lingkungan.
"PGN mulai melakukan satu tambahan requirement yaitu eco. Jadi udah green production. Karena saat ini sudah menjadi brand untuk para investasi dan mereka melakukan produksi untuk menghasilkan serta melakukan proses yang ramah lingkungan," katanya secara virtual, Selasa (13/7/2021).
Advertisement
Tak hanya itu, Heru juga menyebut pihaknya menawarkan eco friendly energy. Oleh karena itu, mereka mencoba menggabungkan beberapa sumber energi sehingga tercipta yang lebih ramah lingkungan.
"Kami juga mulai melakukan investasi berbasis environmental, social, and corporate governance (ESG) karena memang diperlukan. PGN juga menilai perlu adanya transparasi terhadap penggunaan sumber daya alam di Indonesia," ujarnya.
Dalam pemaparannya, Heru juga menyebut, gas merupakan salah satu sumber daya alam yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan diesel, sehingga cocok dengan penerapan yang akan dilakukan.
"Jadi ini tidak memperhatikan keuntungan semata tapi juga memperhatiakan lingkungan, masyarakat dan pemerintah, sehingga mampu bersaing dengan negara negara lain," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PGN dan Rekind Uji Coba Pasok Gas dari Sumur Jambaran-Tiung Biru
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Rekayasa Industri (Rekind) melakukan pengaliran gas untuk uji coba sebelum produksi sumur Jambaran-Tiung Biru (Commissioning JTB). Ini wujud komitmen dukungan terhadap peningkatan produksi migas pada proyek energi nasional.
Direktur Utama PGN, M. Haryo Yunianto, mengatakan, dalam uji coba ini PGN bersama Rekind yang merupakan main contractor EPC Gas Processing Facility (GPF) dalam proyek JTB mengalirkan gas bumi sebesar 4-8 BBTUD selama 6-8 bulan.
“Proses commisioning dan sinergi dengan Rekind merupakan komitmen bersama untuk menjaga produksi migas nasional dapat memenuhi target,” kata Haryo, di Jakarta, 9 Juni 2021.
JTB merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) dari sektor Migas yang ditetapkan Presiden Joko Widodo melalui Perpres 109 Tahun 2020. Aktifnya proyek JTB akan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi migas nasional.
“Jambaran-Tiung Biru bernilai penting bagi perekonomian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan perekonomian nasional. Aktifnya produksi di lapangan tersebut dapat membantu pemenuhan gas di sektor kelistrikan, kemudian bisa dioptimalkan untuk komersial industri, transportasi, UMKM ataupun rumah tangga,” jelas Haryo.
Haryo mengungkapkan, setelah sumur JBT berproduksi, PGN nantinya akan mengelola gas dari JTB sekitar 192 BBTUD, dengan besarnya volume gas bumi dari JTB diharapkan dapat meningkatkan ketahanan produksi energi untuk keperluan Jawa Tengah, Jawa Timur maupun nasional.
Gas bumi dari JTB dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan gas Jawa Tengah maupun Jawa Timur di sektor industri, rumah tangga, transportasi, dan pembangkit listrik.
Advertisement
Pipa Transmisi Gresik-Semarang
Haryo menambahkan, gas dari JTB dapat dialirkan melalui Pipa Transmisi Gresik Semarang yang telah selesai dibangun. Dengan cadangan gas sebesar 2,5 Tcf, sehingga JTB diharapkan dapat menciptakan dampak berganda dan membantu mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagai salah satu tulang punggung energi nasional, JTB akan dapat menunjang upaya pengembangan energi bersih gas bumi di masa transisi energi dari fuel menuju energi terbarukan yang lebih bersih, ramah lingkungan, dan efisien. Jadi selain untuk kemandirian nasional, JTB akan berperan penting dalam upaya bauran energi nasional yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025.
“PGN sebagai Subholding Gas dan bagian dari Holding Migas Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan performa lifting migas nasional dan pemanfaatan energi bersih gas bumi di Indonesia. Komitmen ini juga bagian dari upaya memajukan perekonomian nasional,” tutup Haryo.