Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai kapitalisasi aset sukuk korporasi dan reksa dana syariah masih rendah. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan bisa diversifikasi sumber pendanaan investasi melalui sukuk korporasi dengan fitur inovatif sehingga menarik investor domestik dan asing.
Posisi outstanding sukuk korporasi tercatat senilai Rp 32,54 triliun dengan pangsa pasar 7,44 persen pada Juni 2021. Outstanding nilai reksa dana syariah hanya Rp 39,75 triliun dengan pangsa pasar 7,28 persen.
Baca Juga
Oleh karena itu, Sri Mulyani ingin perkembangan kapitalisasi kedua aset itu bisa tumbuh melalui pengembangan pasar modal syariah. Hal ini dengan meningkatkan kedalaman dan likuiditas sektor keuangan syariah.
Advertisement
Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia (BI) terus bekerja sama dan berkomitmen mengembangkan pasar keuangan syariah dan mengupayakan akselerasi kebijakan dan regulasi dalam menciptakan instrumen sehingga pasar modal syariah dapat tumbuh stabil dan berkelanjutan.
"Tentu ini artinya bisa memberikan ruang berinvestasi yang makin luas bagi masyarakat Indonesia," tutur Sri Mulyani dilansir dari Antara, Kamis (15/7/2021).
Sri Mulyani mengatakan, penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara menjadi bentuk komitmen pemerintah untuk mengembangkan pasar modal syariah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kapitalisasi Pasar Saham Syariah Sentuh Rp 3.372 Triliun
Ia menuturkan, kapitalisasi pasar saham syariah sudah mencapai Rp 3.372,2 triliun per Juni 2021. Angka itu 47,32 persen dari total kapitalisasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Sektor pasar modal syariah adalah bagian yang penting dari keuangan syariah dan juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik saat ini," kata Sri Mulyani.
Advertisement