Sukses

Rights Issue, BRI Berpotensi Raup Rp 40 Triliun untuk Genjot Ekspansi Holding UMi

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk akan menerbitkan saham baru sekitar 28,67 miliar seri B atau setara dengan 23,25 persen saham BBRI dalam rights issue.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau disebut BRI  berpotensi meraup dana segar hingga Rp40 triliun dari rights issue.

Dengan demikian, holding Ultra Mikro dinilai memiliki modal yang besar untuk melakukan ekspansi dalam meningkatkan pembiayaan dan pemberdayaan ekosistem usaha mikro dan ultra mikro nasional.

Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan, penerbitan saham baru BRI guna pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) adalah aksi korporasi yang sangat besar.

Dia memproyeksikan bank berkode saham BBRI itu memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dari investor publik sekitar Rp40 triliun. Dana itu dapat digunakan untuk penguatan modal dan pengembangan bisnis ke depan.

"Penghimpunan dananya sangat besar. Bahkan kalau hanya terserap 50 persen, itu saja bisa sampai Rp20 triliun. Tentu perlu kita lihat berapa banyak dana yang nanti dapat terhimpun," ujar dia, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (19/7/2021).

Sebelumnya pada pertengahan bulan lalu, BRI telah mempublikasikan keterbukaan informasi terkait rencana rights issue. BRI menjadi perusahaan induk holding BUMN sektor UMi-UMKM diawali dengan pelaksanaan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD). 

​​Dalam rights issue ini, Perseroan akan menerbitkan saham baru kira-kira 28,67 miliar seri B atau setara dengan 23,25 persen saham BBRI saat ini dengan nilai nominal Rp50 per saham.

Pemerintah selaku pemegang saham pengendali akan mengambil bagian atas seluruh HMETD yang menjadi haknya melalui mekanisme inbreng atas saham milik pemerintah di Pegadaian dan PNM masing-masing 99,99 persen. 

Pemerintah telah menerbitkan landasan hukum pembentukan holding dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2021. Beleid itu hadir sebagai bentuk perwujudan visi pemerintah meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan segmen ultra mikro.

Sesuai PP tersebut, holding terdiri atas tiga entitas BUMN yakni BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Masyarakat Madani (Persero) atau PNM. Pada Kamis, 22 Juli 2021 BRI akan menggelar RUPSLB dengan agenda persetujuan atas rights issue kepada para pemegang saham.

Terkait hal itu, Suria mengakui jika banyak investor yang menyukai aksi korporasi ini. Lantaran, potensi pengembangan bisnis akan semakin kuat, serta banyak memberi multiplier effect yang besar terhadap ekonomi.

Dia menilai BRI pun nantinya memiliki rasio kecukupan modal di kisaran 23 persen. Capaian itu melebihi posisi permodalan bank pelat merah lainnya. Dengan demikian, kata dia, rasio kecukupan modal tersebut dapat berguna untuk melakukan ekspansi guna mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Terlebih PNM dan Pegadaian pun menurutnya memiliki kinerja yang positif di masa pandemi, sehingga ke depan perlu didorong dengan bantuan yang lebih besar lagi di masa pemulihan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pembiayaan Terpacu

Hal itu pun diamini Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred. Dia berpendapat holding ini sudah pasti akan memperdalam penetrasi jasa keuangan formal di segmen mikro bahkan ultra mikro nasional.

"Tentu hal ini akan sangat baik bagi ekonomi. Ini untuk penetrasi pembiayaan segmen mikro. Pada akhirnya akan bermanfaat untuk kinerja holding ini, untuk meningkatkan pendapatan lebih optimal," katanya dalam kesempatan berbeda. 

Adapun terkait Pegadaian dan PNM, Alfred mengatakan kedua perusahaan tersebut akan mendapatkan dukungan pendanaan yang kuat dari BRI sebagai salah satu dampak holding.

Selain itu, penetrasi bisnis Pegadaian dan PNM akan semakin lebar karena mendapat sokongan dari segi infrastruktur, manajemen, teknologi, hingga jaringan dari BRI maupun integrasi kinerja di dalam holding.

"Dengan integrasi ini, tentu akses pendanaan murah. Dana simpanan juga akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan nasabah Pegadaian dan PMN," ujarnya. 

Alfred pun berharap sinergi ketiga BUMN tersebut dapat berjalan dengan mulus pada tahap awal holding. Sehingga sejak awal tercipta sinergi ekosistem usaha UMi yang efektif. 

"Bagaimana pun tantangan seperti budaya organisasi, penyatuan visi bisnis, SDM menjadi dinamika dalam percepatan konsolidasi internal holding ultra mikro," imbuhnya.

Â