Sukses

Alasan Bank Digital BCA Tak Buru-Buru IPO

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja membeberkan sederet alasan debut Bank Digital BCA tidak dilakukan sekarang meski perusahaan digital tengah naik daun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tengah mempersiapkan entitas anak, PT Bank Digital BCA mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut catatan Liputan6.com, Perseroan berencana mengantarkan bank digital ini untuk IPO dalam 1-2 tahun ke depan. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja membeberkan sederet alasan debut Bank Digital BCA tidak dilakukan sekarang meski perusahaan digital tengah naik daun.

"Kalau mau (IPO sekarang) bisa saja. Cuma filosofi kita, yang menarik untuk jangka panjang adalah saham yang bisa berikan performance naik konsisten dan punya bukti ujungnya profit," ujar Jahja dalam Emiten Expose 2021, Selasa (27/7/2021).

Dia menuturkan, ada perbedaan mendasar antara investor financial technology (fintech) dan pasar modal. Untuk investor pasar modal, umumnya merupakan long term investor.

Di sisi lain, BCA juga mempertimbangkan pangsa pasar digital yang digandrungi kebanyakan investor milenial, serta bagaimana pola investasinya.

"Kenapa fintek bisa andalkan valuasi karena adanya angle investor yang percaya akan prospek ke depan, dan mereka punya duit. Dan akhirnya mereka checkout. Bukan metal industrialis," kata Jahja.

Jahja membagi investor dalam dua perilaku. Yakni investor dengan mental trader, atau biasa dikenal dengan investor jangka pendek. Ada investor industrialis, yang merupakan investor jangka panjang. "Beda dengan mental trader. Industrialis dia akan hidup bersama dengan perusahaannya," kata Jahja.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Pilih Bank Digital

Dari sisi Perusahaan, Jahja menyebutkan ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh bank digital. Pertama, harus memiliki modal yang besar. Modal ini utamanya terkait dengan pengadaan teknologi penunjang bank digital dan juga sebagai ekuitas.

"Anda harus berani untuk investasi dalam teknologi. Awalnya, yang namanya bank digital pasti rugi jadi Anda harus punya ekuitas yang besar,” kata dia.

Selain itu, bank digital juga harus memiliki produk yang bagus ala milenial. Hal ini merujuk pada tren digital, dengan pangsa besarnya berasal dari generasi milenial dan generasi X (Gen Z). Selanjutnya, perlu juga untuk memiliki marketplace atau merchant untuk menunjang ekosistem bank digital.

"Anda harus punya marketplace atau merchant dan ekosistem yang besar. Punya critical mass jutaan yang harus dicapai dalam 1-3 tahun,” imbuh Jahja.

Tak kalah penting, Jahja menekankan pula perlunya melibatkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam pengembangan teknologi. “Anda harus bisa hire orang tekno yang saat ini jadi rebutan antara fintek dan perbankan,” kata dia.

"Sebab itu, kalau BCA (digital) mau go publik, unsur-unsur tadi saya penuhi dulu,” ujar Jahja.

 

3 dari 3 halaman

Penjelasan kepada BEI

BCA menyampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai rencana pengembangan anak usaha yaitu PT Bank Digital BCA. Salah satunya dengan pelaksanaan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) Bank Digital dalam 1-2 tahun ke depan.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk, Raymon Yonarto menuturkan, perseroan memiliki rencana pengembangan bisnis atas entitas anak perseroan yaitu PT Bank Digital BCA untuk jangka panjang termasuk melakukan IPO.

Meski demikian, rencana IPO itu mempertimbangkan dan menyesuaikan dinamika pasar serta perkembangan ekonomi pada masa yang akan datang. Perseroan menyatakan akan ikuti sesuai aturan.

"Perseroan senantiasa mengikuti ketentuan dan Undang-Undang (UU) Perbankan Indonesia, mengacu pada ketentuan yang ditetapkan, serta berkoordinasi dengan regulator perbankan dan otoritas terkait,” ujar dia.