Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 27 Juli 2021 jelang laporan keuangan perusahaan raksasa teknologi.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah hampir 0,5 persen menjadi 4.401,46 yang didorong sektor konsumsi, teknologi dan energi.
Indeks S&P 500 sempat turun tajam 1,1 persen. Indeks Dow Jones merosot 85,79 poin atau 0,2 persen menjadi 35.058,52. Sebelumnya, indeks Dow Jones tergelincir 266 poin. Indeks Nasdaq merosot 1,2 persen ke posisi 14.660,58. Indeks acuan utama di wall street tergelincir dari posisi rekor sebelumnya.
Advertisement
Saham UPS anjlok sekitar tujuh persen karena pendapatan domestik perusahaan pelayaran itu jauh dari perkiraan. Namun, kinerja UPS meningkat seiring lonjakan pesanan e-commerce terus berlanjut.
Tesla menghapus kenaikan sebelumnya, dan turun 1,9 persen. Hal ini di tengah laporan pendapatan kuartal II yang lebih baik dari perkiraan. Produsen kendaraan listrik itu juga menyampaikan laba bersih kuartalan melewati USD 1 miliar untuk pertama kalinya.
Aksi jual di wall street mengikuti pasar saham Asia yang tertekan. Indeks Hang Seng turun lebih dari empat persen pada Selasa, 27 Juli 2021 seiring tindakan keras Beijing terhadap perusahaan teknologi dan pendidikan.
"Volatilitas pasar sedang meningkat karena kekhawatiran tentang jenis virus baru yang telah diperburuk oleh posisi yang melebar dan perdagangan yang tipis pada musim panas,” ujar Head of BlackRock Investment Institute, Jean Boivin dilansir dari CNBC, Rabu (28/7/2021).
Musim laporan keuangan kuartal II 2021 dimulai pekan ini dengan induk usaha Google Alphabet, Microsoft, dan Apple melaporkan kinerja setelah bel perdagangan. Saham Alphabet turun hampir 1,6 persen, Apple merosot 1,5 persen dan Microsoft susut hampir 0,9 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Investor Menanti Pertemuan the Fed
Berdasarkan FactSet, sejauh ini, 88 perusahaan S&P 500 telah melaporkan kejutan earning per share (EPS) yang positif. Jika 88 persen adalah persentase akhir, itu akan menandai persentase tertinggi sejak FactSet mulai melacak metrik ini pada 2008.
Di sisi lain, investor sedang menunggu the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat tentang kebijakan moneternya saat pertemuan dua hari bank sentral AS dimulai. The Federal Open Market Committee akan merilis pernyataan pada Rabu waktu setempat.
Selain itu, Dana Moneter Internasional juga memperingatkan risiko inflasi akan terbukti lebih dari sekadar sementara sehingga mendorong bank sentral untuk mengambil tindakan pencegahan.
“Saya berempati dengan ketua the Fed Jerome Powell saat mempersiapkan pasar untuk tapering sambil memastikan the Fed akan sangat sabar dan memulai proses normalisasi,” ujar Chief Global Market Strategist Invesco, Kristina Hooper.
Advertisement