Sukses

Rights Issue, Chandra Asri Siap Serap 25 Ribu Tenaga Kerja

Chandra Asri Petrochemical dan Thaioil sepakat untuk melanjutkan kerja sama ke penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas atau right issue.

Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/CAP (TPIA) telah memilih Thai Oil Public Company Limited (Thaioil), kilang Refinery unggulan dari PTT Public Company Limited (PTT), sebagai investor strategis. Hal ini dilakukan setelah melalui proses yang ketat.

Telah menandatangani perjanjian definitif, Chandra Asri Petrochemical dan Thaioil sepakat untuk melanjutkan kerja sama ke penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas atau rights issue yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Rights issue ini akan mengikuti persetujuan dari OJK dan diharapkan selesai selambat-lambatnya pada 30 September 2021," kata Direktur Chandra Asri Petrochemical, Suryandi, Senin (2/8/2021).

Suryadi menegaskan, dana yang didapat melalui right issue akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan kompleks petrokimia terintergrasi skla global kedua di Indonesia (CAP2).

"Dengan kompleks kedua ini diharapkan dapat memenuhi pertumbuhan permintaan domesik Indonesia yang terus meningkat, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0 dan menciptakan karier jangka panjang yang bernilai tinggi," ujarnya.

Pemegang saham utama Chandra Asri Petrochemical yaitu PT Barito Pacific., Tbk dan SCG Chemicals Co., Ltd (SCG Chemicals) setuju dengan aksi korporasi ini.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Perkiraan Investasi

Total perkiraan investasi Thaioil mencapai 15 persen dengan kepemilikan saham di Chandra Asri setelah right issue dan SCG Chemicals yang mempertahankan sekitar 30,57 persen dari kepemilikan saham di Chandra Asri, mencapai USD 1,3 miliar.

"Modal USD 1,3 Miliar ini merupakan bagian dari investasi untuk pembiayaan CAP2 yang biaya proyeknya mencapai USD 5 miliar," tuturnya.

Konstruksi yang diperkirakan memakan waktu 4-5 tahun ini diperkirakan mampu  menciptakan 25.000 lapangan pekerjaan dengan biaya proyek mencapai USD 5 miliar.

Selain itu, CAP2 ini akan menggandakan kapasitas produksi saat ini 4,2 juta ton per tahun menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Dengan itu, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.