Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan harga batu bara untuk pasar dalam negeri atau domestic market obligations (DMO) membuat pendapatan PT Indika Energy Tbk (INDY) pada semester I 2021 hanya berada di angka USD 1,28 miliar atau setara Rp 18,61 triliun (asumsi kurs Rp 14.449 per dolar AS).
Padahal harga batu bara sempat mengalami kenaikan sinifikan pada awal tahun ini. Melihat hal ini, Director and Group Chief Financial Officer Indika Energy, Retina Rosabai menyebut penjualan untuk pembangkit listrik meningkat atau lebih dari batas pemenuhan DMO, yakni 25 persen dari volume.
Baca Juga
"Untuk semester I tahun ini kami telah memenuhi DMO hingga 35 persen," kata dia secara virtual, Rabu (4/8/2021).
Advertisement
Hal ini tentu saja berdampak pada pendapatan Indika Energy karena harga ekspor yang menyentuh USD 140 per ton tak membuat harga jual batu bara untuk pasar domestik, khususnya untuk pembangkit listrik meningkat. Tercatat untuk DMO harga yang ditawarkan hanya berada di angka USD 70 per ton.
"Apabila kami bisa menjual 1,9 juta ton ke pasar ekspor, potensi penjualan tersebut ialah USD 12 juta. Apabila kami ekspor semua (laba) bisa menjadi USD 24 juta," ujar dia.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Semester I 2021
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk meraup pendapatan USD 1,28 miliar selama enam bulan pertama I 2021 atau setara Rp 18,61 triliun (asumsi kurs Rp 14.449 per dolar AS).
Pendapatan ini naik  14,07 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,12 miliar atau setara Rp 16,31 triliun. Pendapatan Indika Energy naik ditopang dari kinerja anak usaha seperti PT Kideco Jaya Agung, PT Petrosea Tbk, PT Multi Tambangjaya Utama, dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk.
Beban pokok kontrak dan penjualan naik menjadi USD 993,87 juta pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 954,64 juta. Laba kotor tercatat naik 68,7 persen menjadi USD 294 juta dibandingkan semester I 2020 sebesar USD 174,3 juta.
Perseroan mencatat kenaikan laba bersih entitas asosiasi dari USD 13,28 juta pada semester I 2020 menjadi USD 16,67 juta pada semester I 2021.
Di sisi lain, beban penjualan, umum dan administrasi turun dari USD 76,69 juta menjadi USD 74,55 juta pada semester I 2021. Hal ini berdampak positif sehingga laba operasi melonjak 124,9 persen menjadi USD 219,4 juta pada semester I 2021. Beban keuangan naik 15,9 persen menjadi USD 55,20 juta pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 47,62 juta.
Hal ini disebabkan dari peningkatan beban bunga atas obligasi baru dengan tingkat kupon bunga lebih tinggi. Rata-rata 7,2 persen pada enam bulan pertama 2021 dibandingkan rata-rata 6,2 persen pada enam bulan pertama 2020. Selain itu, ada tambahan utang USD 125 juta untuk mendanai investasi diversifikasi.
PT Indika Energy Tbk mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 12 juta atau sekitar Rp 173,50 miliar pada semester I 2021. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun lalu rugi USD 21,91 juta atau sekitar Rp 316,70 miliar.
Advertisement
Gerak Saham INDY
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 4 Agustus 2021, saham INDY susut 1,1 persen ke posisi Rp 1.350 per saham. Saham INDY dibuka stagnan di posisi Rp 1.365 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 1.385 dan terendah Rp 1.335 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.351 kali dengan volume perdagangan 96.146. Nilai transaksi Rp 13,1 miliar.