Sukses

Ini Penyebab Saham BUKA Langsung Kena ARA saat Perdagangan Perdana

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menegaskan saham Bukalapak (BUKA) kena ARA bukan sesuatu mengejutkan.

Liputan6.com, Jakarta - Resmi diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham milik PT Bukalapak.com Tbk langsung mengalami auto reject atas (ARA).

Melihat hal ini, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menegaskan,  bukan sesuatu yang mengejutkan. Tingginya minat investor menjadi salah satu penyebab ARA bisa terjadi.

"Bukalapak IPO, prediksinya langsung ARA dan itu terjadi seperti prediksi banyak orang. Biasanya sebuah perusahaan kalau ARA itu hanya 10 hingga 20 LOT atau 100-200 LOT, sehingga 2-3 hari baru orang mau beli lebih gampang," katanya, Jumat (6/8/2021).

Berbeda dengan yang sudah terjadi, ARA yang terjadi di Bukalapak ternyata naik hingga 24 persen. Hal ini tentu saja menjadi perhatian, terlebih Bukalapak merupakan perusahaan unicorn pertama yang melantai di bursa saham.

"Tapi ini ARA 24 persen, tadi siang aja transaksinya Rp500 an miliar. Jadi ini bagus ya. Kalaupun harganya naik, bukan harga yang dinaikan secara fiktif," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, saham Bukalapak akan ditransaksikan kembali pada perdagangan Senin, 9 Agustus 2021. Hal ini setelah saham BUKA kena autorejection atas.

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

IPO Bukalapak

Sebelumnya, Bukalapak telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow sejak 9-19 Juli 2021, serta penawaran umum 27-30 Juli 2021. Sebagai hasil dari antusiasme yang besar dari para investor umum, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi (melalui metode pooling allotment), mencapai sekitar Rp 4.8 triliun.

Bukalapak telah menambah porsi pooling allotment bagi investor retail dari semula 2.5 persen ke 5 persen dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor retail naik dari Rp 547.5 miliar menjadi sekitar Rp 1,1 triliun.