Liputan6.com, Jakarta - Investasi merupakan cara masyarakat memanfaatkan dana yang dimiliki agar mendapatkan keuntungan. Salah satu yang banyak dipilih saat ini ialah saham dan reksa dana. Lalu lebih baik mana, investasi saham atau reksa dana?
Menanggapi hal tersebut, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menegaskan, keduanya memiliki keuntungan dan kerugian sendiri. Semuanya tergantung pilihan dan keinginan investor.
Baca Juga
"Kalau beli saham langsung volatility lebih tinggi, biasanya kalau naik atau turunnya sangat berasa, apalagi untuk saham teknologi kalau naik dan turun itu cepat sekali. Jadi memang butuh pendekatan," katanya, Jumat (6/8/2021).
Advertisement
Tak hanya itu, untuk investasi saham, investor perlu memperhatikan gerak saham secara teratur. Hal ini untuk mengetahui waktu yang tepat berinvestasi ataupun tidak.
"Jadi kalau beli saham pasti memperhatikan terus setiap menit dan jam, kalau saya enggak punya pekerjaan sih enggak apa-apa. Tapi kalau masih kerja bisa menyita perhatian juga," ujarnya.
Hal berbeda bila investor lebih memilih melakukan investasi reksa dana. Meski memiliki kemungkinan mengalami penurunan dan kenaikan, tetapi peristiwa ini tak mungkin terjadi secara drastis.
"Kalau reksa dana ada naik dan turun juga tapi tak sedalam saham. Jadi secara resiko lebih besar di saham meski keuntungannya juga lebih tinggi," tuturnya.
Oleh karena itu, Rudiyanto memberikan saran kepada investor untuk melakukan diversifikasi. Pandemi COVID-19 seperti saat ini menjadi contoh nyata bila kejadian tak terduga bisa saja datang secara cepat.
"Jadi mungkin yang tadinya positif justru jadi negatif begitu juga sebaliknya. Jadi membagi aset kita ke beberapa jenis juga bisa membantu kita," ujarnya. Â
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Makin Beragam, BEI Catat 739 Saham di Indonesia
 Sebelumnya, menjadi salah satu investasi yang banyak diminati masyarakat Tanah Air saat ini, investor bisa memilih ratusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Analyst Pengembangan Calon Perusahaan Tercatat BEI, Kandita Dara menyebut, hal ini sejalan dengan meningkatnya investor ritel di Tanah Air setiap tahun.
"Terdapat 739 saham yang tercatat di Indonesia, obligasinya ada 126. Untuk market cap kalau digabung semua itu sekitar Rp7.306 triliun," katanya, Kamis, 5 Agustus 2021.
Kandita menegaskan, jumlah investor selama tiga tahun terakhir telah mengalami kenaikan hingga 3 kali lipat. Tercatat pada 2018 hanya terdapat 800 ribu investor.
"Jumlah investor saham terus bertambah, 2018 hanya di angka 800 ribuan, tapi di Agustus 2021 sudah menjadi 2,5 juta. Angka ini menjukan bila ada kenaikan hingga 3 kali lipat dalam waktu 3 sampai 4 tahun," ujarnya.
Tak hanya itu, investor yang saat ini mendominasi datang dari dalam negeri dan merupakan investor retail.
"Jumlah investor domestik indonesia semakin bertambah. Semester I 2021, 59,3 persen itu di dominasi investor retail. Semoga ini bisa memberikan dampak positif di Indonesia, jadi enggak terlalu bergantung pada kapital market luar meski ada global krisis," tuturnya.
Untuk transaksi harian terbanyak, BEI mencatat pada 14 Januari terjadi sejarah baru karena terdapat 2 juta transaksi hanya dalam satu hari.
Â
Advertisement