Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing ke bursa saham terutama Indonesia meningkat. Salah satu pemicunya diperkirakan dari langkah pemerintah China yang keras sehingga menimbulkan kekhawatiran investor.
Dalam laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, aliran dana investor asing yang masuk ke pasar saham Indonesia ke saham sekitar Rp 10 triliun dan obligasi Rp 13 triliun.
Baca Juga
Melihat dari sisi fundamental, valuasi Indonesia per 21 Mei 2021 cukup menarik dan volatilitas tinggi. Hal ini seiring kekhawatiran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Advertisement
"Namun, seperti yang dibuktikan dari putaran pembatasan kegiatan ini, investor memiliki pendekatan lebih holistic. Secara global pasar hadapi rotasi dan menurut banyak ahli menilai akan menjadi normal baru dalam 12 bulan ke depan,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia, Minggu, (8/8/2021).
Namun, ada satu hal yang spesifik menjadi pemicu meningkatnya investasi di Indonesia.
Salah satu efek dari China. Dalam tujuh tahun terakhir, aliran dana ke ASEAN telah terganggu oleh inklusi A-Sare dan ekspansi saham di MSCI.
"Sejak 2013, kami belum melihat aliran aliran ini kembali ke ASEAN, terutama karena penyertaan saham A diikuti perang dagang dan pandemi COVID-19,”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemicu Aliran Dana Investor Asing Masuk ASEAN
Namun, tindakan keras melalui peraturan di China kemungkinan menjadi pemicu aliran dana kembali karena banyak investor yang ketakutan dengan peraturan pembatasan di China selanjutnya setelah penyelidikan industri game dan otomotif pada pekan lalu.
“Secara kebetulan, kami kebetulan melihat aliran dana investor asing masuk ke Indonesia,”
Berdasarkan survei yang dilakukan survei oleh broker global, selengkapnya investor bergerak ke arah posisi underweight di China dan bergerak menuju ASEAN.
Advertisement
Dampaknya ke Bursa Saham?
Bulan lalu, investor asing telah memasuki bursa saham terutama masuk ke saham-saham bank besar. Nama-nama ini telah tertinggal dari saham terkait bank digital.
Hal ini karena didorong dua hal utama. Pertama, meningkatnya partisipasi investor ritel telah cukup terkonsentrasi di saham-saham bank kecil. Kedua, penyesuaian yang akan datang dalam free float untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Kami menduga investor asing mulai menunjukkan ketertarikan karena China yang tidak terduga menerapkan tindakan keras, saham siklikal berkapitalisasi besar cenderung menarik, mendorong kinerja IHSG dalam waktu dekat,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia.
Oleh karena itu, Ashmore Asset Management Indonesia merekomendasikan investasi saham di Indonesia meski hadapi volatilitas.