Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong perusahaan terbuka atau emiten siap menerapkan Environtment, Sosial and Good Governance (ESG). Hal ini bagian dari corporate citizen yang memiliki tanggung jawab.
Komisaris BEI Pandu Sjahrir menuturkan, perusahaan terbuka atau emiten harus membuat laporan ESG yang merupakan bagian dari tugasnya. Hal itu merupakan langkah baik dan positif untuk memulai penerapan ESG.
Baca Juga
"ESG ini adalah sesuatu yang harus resapi dan bagian dari corporate citizen. Apalagi perusahaan publik harus siap. Anda siap untuk urusan ESG,” ujar dia saat diskusi virtual baru-baru, ditulis Selasa (17/8/2021).
Advertisement
Ia menambahkan, penerapan dan standarisasi ESG harus ada. Pihaknya pun akan menyempurnakan bagaimana penerapan ESG. "Ingin kita mulai dilakukan tahun depan, coba sempurnakan untuk best practise,” kata Pandu.
Selain itu, ia menuturkan, ada indeks ESG juga akan akan diperhatikan fund manager besar. Fund manager tersebut ingin produk perusahaan berbasis ESG dan berstandar kelas dunia. Pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan emiten dan sosialisasi kepada perseroan terkait ESG.
Pandu mengatakan, penerapan ESG yang dilakukan oleh emiten juga akan mendorong BEI menjadi salah satu bursa saham yang dipandang dunia. Ia menuturkan, Indonesia memang salah satu eksportir terbesar batu bara dalam dua dekade terakhir dan sumbang pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, ia menuturkan, Indonesia juga harus mulai sekarang untuk mencapai net zero carbon.Ini jadi kesempatan dalam dua hingga tiga dekade ke depan untuk capai zero carbon.
"Proses, harus dilaksanakan. Sudah dibilang Presiden net zero carbon 2050. Tiga dekade very fast,harus mulai sekarang. Tidak ada yang sempurna, itu suatu perjalanan. Melangkah dulu pertama, mencapai tujuan akhir," kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dana Kelolaan Investasi Berkelanjutan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan peningkatan investasi berkelanjutan di pasar modal Indonesia. Total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) mencapai Rp 3,06 triliun pada 2021. Hingga semester I 2021, total dana kelolaan sudah mencapai Rp 2,54 triliun.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi menuturkan, ada berbagai green bonds yang sudah terbit. Indonesia masih jadi yang terdepan pada 2021.
“Di mana jumlah nilai outstanding dari green bonds kita itu melampaui nilai outstanding green bonds negara lain di ASEAN,” kata Hasan, Selasa, 27 Juli 2021.
Hasan mengatakan, peningkatan juga terjadi pada aset yang underlinenya adalah emiten dengan praktik ESG yang baik. Jumlah reksadana dan ETF yang underline nya adalah indeks berbasis emiten ESG, juga meningkat tajam dalam tiga tahun belakangan. Hasan menuturkan, saat ini, sekitar 15 pilihan reksa dana dan ETF dengan asset under management yang bahkan di akhir tahun lalu sempat melampaui angka Rp 3 triliun.
Hasan menuturkan, hal itu sebagai respons para penerbit reksa dana dan ETF dalam menjawab tuntutan investor terkait ESG. Hasan mengatakan, ESG mau tak mau sudah jadi tren yang mempengaruhi keputusan investasi investor.
"Para investor kita yang memang trennya semakin hari semakin menjadikan ESG sebagai pertimbangan tujuan investasinya,” ujar Hasan.
Advertisement