Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menggelar paparan publik insidentil pada Kamis, 19 Agustus 2021. Paparan publik insidentil seiring permintaan bursa.
Demikian mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/8/2021). Paparan publik tersebut akan digelar pada Kamis sore pukul 16.30 WIB dengan enam agenda.
Baca Juga
Adapun agenda paparan publik insidentil Garuda Indonesia itu antara lain:
Advertisement
-Penyampaian kinerja perseroan per 31 Desember 2020
-Penjelasan opini disclaimer pada laporan keuangan audited 31 Desember 2020
-Aktivitas operasional dan permasalahan dengan karyawan
-Langkah-langkah dan hambatan yang dihadapi sehubungan dengan rencana memperbaiki kondisi keuangan perseroan dan memastikan kelangsungan usaha perseroan
-Hal-hal lain yang bersifat material dan mempengaruhi keputusan investasi pemegang saham atau public
-Penjelasan atas penyajian kembali laporan keuangan per 31 Desember 2019 dan 1 Januari 2019
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja 2020
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) hadapi tekanan seiring pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Perseroan mencatat penurunan pendapatan dan rugi melonjak pada 2020.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat pendapatan usaha USD 1,49 miliar atau sekitar Rp 21,62 triliun (asumsi kurs Rp 14.490 per dolar AS) pada 2020. Realisasi pendapatan turun 67,36 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 4,57 miliar atau sekitar Rp 66,23 triliun.
Rincian pendapatan itu antara lain penerbangan berjadwal turun 68,18 persen dari USD 3,77 miliar pada 2019 menjadi USD 1,20 miliar. Penerbangan tidak berjadwal merosot 69,09 persen menjadi USD 77,24 juta pada 2020 dari periode 2019 sebesar USD 249,90 juta. Lainnya turun menjadi USD 214,41 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 549,33 juta.
PT Garuda Indonesia Tbk mampu menekan beban usaha pada 2020. Beban usaha susut 25,87 persen menjadi USD 3,30 miliar dari periode 2019 sebesar USD 4,45 miliar. Beban operasional penerbangan turun dari USD 2,54 miliar pada 2019 menjadi USD 1,65 miliar.
Beban bandara susut menjadi USD 184,97 juta pada 2020 dari USD 342,77 juta pada 2019. Beban operasional hotel turun menjadi USD 23,41 juta dari USD 31,98 juta. Beban operasional transportasi susut menjadi USD 20,20 juta pada 2020 dibandingkan 2019 sebesar USD 29,44 juta. Beban operasional jaringan susut menjadi USD 8,16 juta pada 2020 dari posisi 2019 sebesar USD 10,38 juta.
Di sisi lain, beban pemeliharaan dan perbaikan naik 36,63 persen menjadi USD 800,55 juta pada 2020 dari periode 2019 sebesar USD 585,90 juta. Beban umum dan administrasi naik 40,10 persen menjadi USD 350,25 juta pada 2020. Pada 2019, beban umum dan administrasi perseroan tercatat USD 249,98 juta.
Rugi selisih kurs perseroan naik menjadi USD 35,24 juta pada 2020 dari periode 2019 sebesar USD 32,60 juta. Pendapatan lain-lain alami rugi USD 356,31 juta pada 2020 dari sebelumnya untung USD 12,99 juta.
Perseroan mencatat rugi usaha USD 2,20 miliar pada 2020 dari periode sama sebelumnya catatkan laba usaha USD 95,98 juta.
Dengan melihat kondisi itu, PT Garuda Indonesia Tbk mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak signifikan menjadi USD 2,44 miliar atau sekitar Rp 35,40 triliun (asumsi kurs Rp 14.483 per dolar AS pada 2020. Pada periode sama tahun sebelumnya perseroan masih mencatat rugi USD 38,93 juta atau sekitar Rp 563,99 miliar.
Â
Advertisement
Total Liabilitas
Total liabilitas perseroan melonjak menjadi USD 12,73 miliar pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 3,87 miliar. Perseroan juga mencatat difisiensi ekuitas USD 1,94 miliar pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 582,57 juta.
Total aset perseroan tercatat naik menjadi UD 10,78 miliar pada 2020 dari periode 2019 sebesar USD 4,45 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 200,97 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 299,34 juta.