Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pemimpin organisasi, baik besar maupun kecil tentu memiliki tantangannya masing-masing. Tak terkecuali bagi Muhammad Rachmat Kaimuddin yang saat ini menjabat sebagai direktur utama raksasa all-commerce tanah air, PT Bukalapak.com atau Bukalapak.
Bukalapak saat ini memang tengah menjadi perbincangan hangat, khususnya di kalangan pelaku pasar lantaran mencatatkan IPO terbesar sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga
Lantaran, hari-hari ke depan tentu menjadi tantangan baru. Mengingat dengan pencatatan saham Bukalapak di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi perusahaan terbuka, masyarakat turut memiliki perusahaan tersebut. Artinya, kinerja Perseroan ke depan akan dipantau langsung oleh masyarakat.
Advertisement
Menariknya, Rahmat membawa Bukalapak untuk go public saat pandemi COVID-19 tengah berlangsung. Ia mengakui situasi ini memang sulit, bahkan bagi Bukalapak meski berbasis teknologi. Seperti diketahui, selama pandemi Pemerintah Indonesia menerapkan pembatasan sosial. Hal ini memicu akselerasi teknologi digital di tanah air.
“Yang seru, baru saja masuk tiba-tiba ada COVID-19,” celetuk Rahmat dalam InvestEdTalk Episode Perdana yang tayang di laman Instagram @pandusjahrir, ditulis Sabtu (21/8/2021).
Rahmat didapuk jadi CEO Bukalapak per 6 Januari 2020. Selang dua bulan, tepatnya Maret 2020, COVID-19 terdeteksi masuk Indonesia dan menyebar luas.
“Buat saya, yang menjadi unik, pertama masuk bebannya sudah berat. Saya datang orang enggak tahu saya. Pengalaman di bidang teknologi juga terbatas. Untuk pelajarinya sendiri sudah lumayan sulit,” kenang Rahmat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hadapi Pandemi COVID-19
Saat itu, Rahmat mengaku Bukalapak baru saja memiliki kantor baru. Belum lama beroperasi, pemerintah menerapkan pembatasan sosial yang mengharuskan sebagian besar karyawan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
“Desember pindah kantor yang agak besar. Lagi enak-enaknya, eh pandemi kita semuanya ‘ngusir’ (karena WFH). Dan itu menyesuaikan cara kerja awalnya juga sulit,” kata dia.
Sementara saat itu Perseroan juga tengah mempersiapkan penghimpunan dana lewat pasar modal. Di saat bersamaan, bisnis juga harus tetap berjalan sekaligus menghadapi pandemi untuk kali pertama.
"Itu harus kita kerjakan dalam waktu bersamaan dan (sekaligus) harus jagain anak-anak (karyawan) supaya bisa kerja, sehat dan aman. Seru,” ia menambahkan.
Advertisement
Jurus Rahmat Kelola Stres
Stres menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses hidup manusia. Apalagi saat pandemi, mendorong orang untuk lebih keras memikirkan bagaimana caranya bertahan.
Bukan hanya untuk hari ini, tapi juga ke depannya. Dalam situasi seperti itu, Rahmat memiliki jurus andalan untuk mengatasinya. Secara garis besar, Rahmat akan mencoba mengurai biang dari persoalan yang membuatnya stres, lalu merakit kembali upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
"Pertama saya selalu coba sumber stressnya apa. Saya akan coba selesaikan dengan cara yang terbaik,” kata Rahmat.
Memang, hal ini juga tak mudah dilakukan. Karena kenyataannya tak selalu cara yang dianggap terbaik akan membuahkan hasil maksimal. Namun, Rahmat tak patah arang. Alih-alih kecewa dan menambah beban pikiran, ia memilih untuk legowo jika upayanya ternyata tak berbuah manis.
“Kalau belum kelar saya juga harus legowo. Oke, ini enggak bisa selesai hari ini. Yas udah. Tapi setidaknya saya sudah lakukan yang terbaik. Yang penting dicoba dulu untuk kita lakukan yang terbaik,” tutur Rahmat.
Di sisi lain, pria kelahiran Makassar, 15 April 1979 itu mengaku sudah tak lagi muda dari sisi usia. Itu sebabnya ia menekankan perlunya menjaga kondisi tubuh dan mental untuk meminimalkan potensi stres.
“Makin lama berjalannya usia, badan dan mental butuh makan. Harus jaga kesehatan. Karena kalau enggak sehat juga jadi sumber (stres) juga,” kata dia. “Rekreasi atau spending time dengan family. Kita harus imbang saja,” pungkas Rahmat.