Sukses

Menakar Potensi Aksi Buyback Saham oleh Emiten

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Prasetio mengatakan, aksi buyback oleh sejumlah emiten, terutama saat ini cukup baik.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 12 perusahaan tercatat atau emiten telah menyampaikan keterbukaan terkait rencana pembelian kembali (buyback) saham. Aksi korporasi periode pelaksanaan buyback itu senilai Rp 4,9 triliun.

BEI mengatakan, enam di antaranya telah melaksanakan dengan total pelaksanaan buyback Rp 190 miliar.

Hal ini sesuai dengan SE OJK No. 3/SEOJK.04/2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik (SE OJK 3/2020).

Adapun terdapat 107 emiten yang telah menyelesaikan periode buyback dan telah merealisasikan pelaksanaan buyback dengan nilai realisasi sebesar Rp 6,8 triliun. Setara 23 persen dari total nilai rencana buyback sejak diberlakukannya SE OJK No. 3/SEOJK.04/2020 pada 9 Maret 2020.

Sementara itu, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Prasetio mengatakan,  aksi buyback oleh sejumlah emiten, terutama saat ini cukup baik.

Hal ini karena banyak pergerakan saham yang tidak merefleksikan kinerja perusahaannya, jadi kinerja perseroan sangat baik namun harga sahamnya malah lesu.

"Jadi aksi buyback ini diharapkan memicu minat investor untuk melirik saham tersebut dengan pergerakan yang terjadi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin (30/8/2021).

 a menambahkan,  hal positif lainnya, aksi buyback ini tentu membuat kalangan investor publik lebih nyaman dengan saham tersebut karena ada rasa kepemilikan yang tinggi oleh emiten terhadap sahamnya yang sedang lesu. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Manfaat bagi Emiten

Sedangkan dari sisi perseroan buyback ini tentu mempertebal treasury stocknya. Frankie menilai, hal ini yang dapat dijadikan investasi jangka menengah panjang karena jika harga sahamnya sudah sejalan dengan kinerja fundamentalnya.

“Perseroan dapat saja melepas kembali saham tersebut untuk menambah struktur permodalannya,” ujar dia.

Terkait rencana PT Kalbe Farma Tbk dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, yang akan gelar aksi buyback, Frankie menilai hal itu cukup baik. Ia menilai,  kedua emiten ini menorehkan pertumbuhan kinerja pada 2021.

Ia mengatakan, untuk MIKA menorehkan pertumbuhan pendapatan pada  kuartal II sebesar 65 persen dengan perolehan Rp 2,39 triliun bila disanding dengan kuartal yang sama pada tahun lalu. Perolehan laba bersihnya naik dengan pertumbuhan sebesar 113 persen  yang mencapai Rp 615 miliar, Pada periode yang sama tahun lalu hanya membukukan laba bersih Rp 288 miliar.

Demikian dengan KLBF mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 6,6 persen yang mencapai Rp 12,37 triliun dengan pertumbuhan laba bersih 7,9 persen  menjadi Rp 1,49 triliun

Namun jika dilihat dari pergerakan harga sahamnya, keduanya malah cenderung lesu. Hal ini seiring kinerja semester pertama tahun ini kedua emiten tersebut mencatat hasil paling tinggi d iantara periode yang sama setidaknya lima tahun ke belakang.

"Jadi aksi buyback ini memang diharapkan dapat mendongkrak kinerja sahamnya,” ujar dia.

3 dari 3 halaman

Hal yang Perlu Dicermati Investor

Akan tetapi, ia menilai, saat ini banyak kalangan investor lebih memilih saham-saham SMC atau saham kapitalisasi kecil dan menengah atau bank mini yang memiliki sentimen yang tinggi terutama daripada memilih saham-saham yang memiliki fundamental yang baik.

Ia menambahkan, untuk para investor dapat mencari tahu kinerja perseroan yang hendak buyback tersebut.

"Jika memang bertujuan untuk mengangkat harga saham karena tidak merefleksikan harga sahamnya, investor dapat mempertimbangkan untuk turut mengkoleksi saham tersebut namun dengan tujuan investasi jangka menengah panjang,” kata dia

Selain itu, ia menuturkan sedapat mungkin bagi para investor dapat membeli saham sedekat mungkin dengan harga buyback oleh emiten, sehingga faktor resiko penurunan lebih kecil.