Sukses

J&T Express Dikabarkan Alihkan IPO di AS ke Hong Kong

J&T Express bekerja sama dengan Bank of America, China International Capital (CIC), dan Morgan Stanley untuk IPO pada 2022

Liputan6.com, Jakarta - J&T Express sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan rencana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) Amerika Serikat ke Hong Kong.

Dana yang diincar  dari IPO itu diperkirakan sekitar USD 1 miliar (S$ 1,35 miliar) atau sekitar Rp 14,36 triliun (asumsi kurs Rp 14.361 per dolar AS).

Hal itu berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut. Perusahaan yang berbasis di Jakarta tersebut bekerja sama dengan Bank of America, China International Capital (CIC), dan Morgan Stanley untuk [IPO ](saham "")pada 2022, demikian dikutip dari Strait Times, Senin (30/8/2021).

J&T sebelumnya berencana menggelar IPO di AS pada kuartal IV 2021, demikian laporan Bloomberg pada April. Kemungkinan perubahan tempat terjadi karena regulator China telah mengumumkan pengawasan terhadap perusahaannya yang terdaftar di luar negeri.

Namun, beberapa investor J&T berbasis di China dan perusahaan logistik tersebut memiliki operasi yang signifikan di sana. Seorang sumber menuturkan, hal itu telah memicu kekhawatiran di dalam perusahaan tentang kemungkinan pengawasan dari Beijing.

Selain itu, persiapan pencatatan saham di Hong Kong pada tahap awal dan rincian rencana IPO J&T Express termasuk ukuran dan timeline masih bisa berubah, menurut sumber. Perusahaan dapat memutuskan untuk mencatatkan saham di Amerika Serikat setelah penawaran di Hong Kong.

Adapun perwakilan Bank of America, CICC, J&T dan Morgan Stanley enggan berkomentar.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

IPO di AS

Didirikan pada 2015 oleh pengusaha Jet Lee dan Tony Chen, J&T Express beroperasi di Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam, berdasarkan dari situs perusahaan. Perseroan memiliki lebih dari 350.000 karyawan di seluruh dunia.

Di China, J&T Express dikenal dengan harga dan ekspansi yang agresif sehingga menantang para pesaing antara lain SF Holding dan YTO Express, yang didukung grup Alibaba. Pada April 2021, pemerintah daerah memberikan sanksi perusahaan baru yang menjual di bawah biaya dan memerintahkannya untuk perbaiki tarif, berdasarkan laporan media lokal.

J&T Express akan bergabung dengan sejumlah perusahaan yang berencana mencatatkan saham di New York sempat diragukan di tengah meningkatnya ketegangan Amerika Serikat dengan China.

Perusahaan lain seperti media sosial dan situs e-commerce Xiaohongshu atau Little Red Book telah  menunda rencana pencatatan saham di Amerika Serikat.

Secara terpisah, Komisi Sekuritas dan Bursa AS telah meminta perusahaan China yang mencatatkan saham di luar negeri untuk memberikan deskripsi yang semakin rinci tentang apa yang disebut struktur perusahaan entitas yang digunakan perusahaan tersebut untuk mencatatkan saham di luar negeri.