Sukses

Adaro Energy Kantongi Pendapatan Naik Jadi Rp 22,35 Triliun

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan, hambatan suplai menopang kenaikan harga batu bara global.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) atau AE mencatatkan pendapatan usaha bersih sebesar USD 1,56 miliar atau sekitar Rp 22,35 triliun (kurs Rp 14.300 per USD) pada semester I 2021.

Realisasi pendapatan itu naik 14,66 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,36 miliar. Capaian tersebut terutama karena kenaikan 25 persen yoy pada harga jual rata-rata (ASP).

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan, hambatan suplai menopang kenaikan harga batu bara global, yang berarti kenaikan ASP untuk AE.

Volume curah hujan dan jumlah jam hujan pada Mei dan Juni yang lebih tinggi daripada perkiraan mempengaruhi operasi penambangan pada semester I-2021. Sehingga produksi batu bara pada semester I-2021 tercatat 26,49 juta ton, atau 3 persen lebih rendah secara yoy.

Sementara penjualan batu bara pada semester I-2021 tercatat 25,78 juta ton, atau turun 5 persen yoy. Perseroan mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 115,22 Mbcm pada semester I-2021, atau naik 12 persen yoy, dan nisbah kupas untuk periode ini mencapai 4,35x.

"Suplai yang ketat di pasar batu bara mendorong kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode laporan ini. Akibat hambatan suplai, negara-negara penyuplai utama batu bara tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi berkat pemulihan ekonomi yang terkait dengan kondisi pandemi,” ujar Garibaldi dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (31/8/2021).

Beban pokok pendapatan naik 2 persen yoy menjadi USD 1,064 miliar terutama karena kenaikan biaya penambangan yang diikuti oleh kenaikan harga bahan bakar maupun pembayaran royalti sebagai akibat kenaikan ASP.

Sementara beban usaha semester I-2021 turun 12 persen yoy menjadi USD 86 juta, karena AE mencatat penurunan sebesar 14 persen pada beban umum dan administrasi. Sebagai hasil dari kenaikan pendapatan usaha dari penjualan karena kenaikan ASP, royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia dan beban pajak penghasilan mencapai USD 291 juta.

Dari raihan itu, setelah dikurangi pajak penghasilan, Perseroan membukukan laba bersih periode berjalan sebesar USD 189,3 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun. Naik 13,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 166,52 juta.

Untuk laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 9,5 persen dari USD 155,09 juta pada semester I 2020 menjadi USD 169,96 juta pada semester I 2021.

"Harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan dengan demikian memungkinkan AE membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini,” kata Garibaldi.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Total Liabilitas

Total aset yang tercatat sampai dengan akhir Juni 2021 mencapai USD 6,74 miliar dengan kenaikan 1 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Aset lancar naik 22 persen menjadi USD 1,99 miliar, sementara aset tidak lancar turun 5 persen menjadi USD 4,75 miliar. Pada akhir semester I-2021, saldo kas tercatat sebesar USD 1,22 miliar.

Total liabilitas sebesar USD 2,7 miliar yang relatif stabil secara tahunan. Sedangkan tingkat ekuitas naik 2 persen yoy menjadi USD 4,05 miliar dibandingkan USD 3,95 miliar pada semester I-2020.

Pada perdagangan Selasa, 31 Agustus 2021, saham ADRO turun 3,08 persen ke posisi Rp 1.260 per saham. Saham ADRO dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 1.310 per saham.

Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 1.310 dan terendah Rp 1.260 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.515 kali dengan volume perdagangan 796.692. Nilai transaksi Rp 101,9 miliar.