Sukses

Jurus BRI Genjot Laba Usai Caplok PNM dan Pegadaian

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memiliki tiga strategi untuk mengelola profitabilitas secara keseluruhan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyetujui rencana Penambahan Modal Perseroan dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PM HMETD) atau rights issue.

Adapun rights issue ini merupakan bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro bersama dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu mengatakan, anak usaha BRI ini memang menjadi salah satu pilar pertumbuhan BRI dalam lima tahun ke depan. Selanjutnya, ia mengatakan ada tiga strategi Perseroan untuk mengelola profitabilitas secara keseluruhan. Pertama, yakni dari sisi governance.

"Pertama tentunya adalah dari aspek governance. Kita bersama-sama karena kita itu parenting style nya adalah strategic parenting style. Jadi kita akan bersama-sama mengawal dari sisi governance baik itu dari proses planning, budgeting maupun persoalan manajemen,” kata dia dalam press conference public expose live, Kamis (9/9/2021).

Kedua, yakni sinergi dengan seluruh perusahaan anak. Baik sinergi antara perusahaan anak dengan induk, maupun antar perusahaan anak.

"Ini akan terus kita kembangkan ke depan karena di situlah value added dapat direalisasikan," imbuhnya.

Ketiga, yakni terus mengidentifikasi peluang pertumbuhan bagi perusahaan perusahaan anak BRI baik secara organik maupun anorganik.

Profitabilitas BRI hingga kuartal II 2021 mampu tumbuh positif. Laba bersih BRI tumbuh sebesar 22 persen YoY menjadi Rp 12,45 triliun dan Net Interest Income (NII) tercatat sebesar Rp 46,35 triliun atau tumbuh 34,2 persen YoY. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, penggabungan ini bukanlah merger.

Masing-masing entitas tetap eksis, bahkan lebih fokus pada inti kompetensinya masing-masing. Kemudian diwadahi dalam bentuk holding untuk menciptakan ekosistem ultra mikro.

Tujuannya, lanjut Sunarso, agar nasabah ultra mikro bisa didorong naik kelas secara tersistem, terstruktur dan bisa di-tracking. Sunarso menambahkan, strategi ini sejaan dengan visi BRI yaitu menjadi The Most Valuable Banking Group di Asia Tenggara dan Champion of Financial Inclusion.

"Jadi value yang ingin ditekankan oleh BRI adalah bahwa kita akan memberikan pertumbuhan yang sustain,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Bangun Ekosistem

Untuk menjaga pertumbuhan yang sustain itu, Perseroan perlu memastikan sumber pertumbuhan baru. Di antaranya dilakukan lewat penggabungan tiga perusahaan pelat merah itu dalam satu ekosistem.

"Itu bagian dari proses value creation,” imbuhnya.

Sunarso menambahkan, ada sejumlah tantangan dalam mengelola holding ultramikro ini. Baik dari sisi pendanaan maupun operasionalnya.

"PNM dan Pegadaian itu kan menggunakan sumber dana tidak dari masyarakat langsung, tetapi dari perbankan maupun dari capital market lewat instrumen. Jadi sumber dananya mahal,” kata dia.

Selanjutnya, dalam mengelola segmen ultra mikro yang tersebar di banyak daerah, maka diperlukan sumber daya manusia yang lebih banyak. Akibatnya, beban biaya untuk menambah personil ini juga tinggi. Untuk menurunkan beban tersebut, Sunarso mengatakan ada dua cara.

Pertama, didekatkan dengan sumber pendanaan yaitu BRI. Kedua, didigitalkan prosesnya menggunakan proses digitalisasi baik yang dimiliki oleh Pegadaian dan PNM maupun yang dimiliki oleh BRI. "Dengan proses digitalisasi itu, bisnis prosesnya maupun bisnis modelnya, beban tadi isa diturunkan,” kata dia.