Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa (14/9/2021). Investor mencermati data ekonomi jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2021.
Di Hong Kong, saham Evergrande anjlok lebih dari enam persen setelah pengembang properti mengingatkan penurunan berkelanjutan yang signifikan dalam kontrak penjualan pada September. Hal ini setelah kepercayaan berkurang usai laporan media soal perusahaan. Demikian dilansir dari CNBC, Selasa pekan ini.
Baca Juga
Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,19 persen. Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai susut 0,17 persen, sedangkan indeks Shenzhen melambung 0,17 persen.
Advertisement
Indeks Jepang Nikkei naik 0,8 persen. Indeks Topix mendaki 0,66 persen. Indeks Korea Selatan Kospi meroket 0,83 persen. Di Australia, indeks ASX melemah 0,29 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,21 persen.
Indeks dolar AS berada di kisaran 92,59 setelah sentuh posisi 92,7. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 110,06 per dolar AS.
Harga minyak pada jam perdagangan Asia menguat. Harga minyak Brent berjangka naik 0,58 persen menjadi USD 73,94 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat menguat 0,64 persen menjadi USD 70,90 per barel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengembang Evergrande Ingatkan Penurunan Penjualan pada September 2021
Mengutip Money.USNews.com, pengembang grup Evergrande mengatakan penurunan signifikan dalam penjualan properti akan berlanjut pada September 2021 seiring kekhawatiran terhadap utangnya. Hal itu kemungkinan akan semakin perburuk likuiditas dan arus kas nya.
Grup Evergrande terlibat dalam diskusi dengan calon investor untuk menjual beberapa asetnya. Akan tetapi, sejauh ini tidak membuat kemajuan material, demikian yang disampaikan dalam sebuah pernyataan kepada bursa saham Hong Kong.
Perseroan kecewa dengan laporan media yang sedang berlangsung karena mengurangi kepercayaan investor. Hal itu akibatkan penurunan lebih lanjut dalam penjualan pada September 2021.
Investor yang marah berkumpul di sekitar kantor Evergrande di Shenzhen untuk menuntut perusahaan membayar kembali pinjaman dan produk keuangan.
Protes itu muncul di tengah kekhawatiran pengembang dengan kewajiban sebesar USD 305 miliar atau sekitar Rp 4.346 triliun (asumsi kurs Rp 14.251 per dolar AS). Jumlah itu setara 1,97 triliun yuan, tidak akan mampu bayar investor. Masalah utangnya dapat timbulkan risiko sistemik terhadap sistem keuangan China.
Perseroan mengatakan dilanda “kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya” tetapi membantah spekulasi hadapi kebangkrutan.
Advertisement