Liputan6.com, Jakarta - Indeks Hong Kong Hang Seng merosot tajam pada perdagangan di bursa saham Asia Pasifik pada Senin (20/9/2021). Hal ini didorong saham pengembang China Evergrande Group yang lanjutkan koreksi.
Indeks Hang Seng turun 3,51 persen pada Senin sore. Saham China Evergrande Group melemah 14,17 persen. Indeks Hang Seng properti turun ke posisi terendah dalam 52 minggu. Indeks Hang Seng properti itu melemah hampir 7 persen.
Baca Juga
Sementara itu, saham AIA tersungkur 5,2 persen. Saham Ping Ans melemah 7,43 persen. Indeks ASX 200 melemah hampir dua persen. Saham Rio Tinto tergelincir 3,69 persen, saham Fortescue Metals Group susut 3,73 persen dan BHP melemah 4,16 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Senin pekan ini.
Advertisement
Di sisi lain, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 1,63 persen. Saham berjangka di Amerika Serikat juga tertekan pada jam perdagangan di Asia. Indeks Dow Jones berjangka melemah lebih dari 300 poin.
Sedangkan bursa saham China daratan, Jepang dan Korea Selatan tutup untuk peringati libur nasional.
Mengutip laman Channel News Asia, Heaf od Invesment Strategi Investasi AMP Capital, Shane Oliver menuturkan, koreksi saham yang terjadi bagian dari pelemahan yang disebabkan oleh tingkat tertentu, dan sebagian mencerminkan ketidakpastian terhadap prospek pertumbuhan.
“Dan kemudian, tentu saja, itu berlanjut di zona Asia dengan kekhawatiran tentang Evergrande di China menambah tekanan itu,” ujar dia.
Sentimen The Fed
Sementara itu, pada pekan ini, sentimen the Federal Reserve (the Fed) masih menjadi perhatian pelaku pasar. The Fed akan menggelar pertemuan pada Selasa dan Rabu pekan ini. Pelaku pasar akan mencermati rencana pengurangan stimulus atau tapering the Fed. Konsensus menyebutkan pengumuman tapering akan ditunda pada pertemuan November dan Desember.
Di sisi lain, imbal hasil treasury tenor 10 tahun sentuh puncak dalam dua bulan. Jelang pertemuan the fed, kurva mendatar.
“Kurva imbal hasil yang lebih datar menunjukkan beberapa kekahwatiran the Fed mungkin berlebihan pada sikluas kenaikan,” kata Direktur NAB, Tapas Strickland.
Investor mencermati pertemuan bank sentral di Jepang, Indonesia, Filipina, Taiwan, Inggris, Swis, Swedia, Norwegia, Brasil, Afrika Selatan, Turki dan Hongaria.
Advertisement