Sukses

Menanti Langkah Evergrande Bayar Kupon Obligasi Pekan Ini

Selain harus membayar bunga obligasi pada Kamis pekan ini, Evergrande juga harus menghadapi ujian keduanya Rabu pekan depan.

Liputan6.com, Jakarta - China Evergrande akan hadapi ujian pertamanya pada pekan ini. Investor akan mencermati bagaimana raksasa properti China ini membayar bunga obligasi atau kupon obligasi atau gagal bayar.

Berdasarkan data dari S&P Global Ratings, Evergrande harus membayar bunga senilai USD 83 juta atau sekitar Rp 1,18 triliun (estimasi kurs rupiah 14.235,65 per dolar AS) pada Kamis, 23 September 2021.

Berdasarkan penyedia data pasar Refinitiv Eikon mengatakan obligasi atau surat utang Evergrande bertenor lima tahun berdenominasi dolar Amerika Serikat (USD) sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 28,4 triliun, estimasi kurs Rupiah Rp 14.235,65. Walaupun sekarang harga telah anjlok. Imbal hasil obligasi bertenor lima tahun sekitar 8,25 persen.

Imbal hasil obligasi meroket menjadi 560 persen. Refinitiv Eikon mengungkapkan imbal hasil obligasi itu naik lebih dari 10 persen  yang terjadi pada awal 2021. Untuk obligasi akan jatuh tempo pada Maret 2022.

Selain harus membayar bunga pada Kamis pekan ini, Evergrande juga harus menghadapi ujian keduanya Rabu pekan depan. Ujian kali ini berupa pembayaran bunga lainnya pada obligasi dolar AS bertenor 7 tahun.

"Apa yang terjadi pada Kamis menjadi peristiwa penting bagi pasar. Mungkin lebih besar daripada hasil FOMC yang terjadi beberapa jam sebelumnya,” ujar Head of Foreign Exchange Strategy National Australia Bank, Ray Attrill, dilansir dari laman CNBC, Rabu (22/9/2021).

Ia menambahkan, investor akan mencermati hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat pada pekan ini. Sebagian besar analis dan pengamat pasar memperkirakan Evergrande tidak membayar bunga obligasi pada Kamis.

Secara teknis hal ini tidak akan mengakibatkan default, kecuali jika Evergrande gagal bayar utang selama 30 hari ke depan setelah jatuh tempo. Pada Senin, S&P Global Rating mengatakan Evergrande default adalah “kemungkinan”.

“Faktanya Evergrande sudah mengalami default teknis karena melewatkan pembayaran bunga bank,” kata Head of Economics and Strategy Mizuho Bank, Vishnu Varathan.

Pernyataan itu dia sampaikan mengacu pada laporan pemerintah China. Laporan yang ditujukan kepada bank-bank besar tertulis Evergrande tidak akan mampu membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo awal pekan ini.

Varathan menambahkan dengan risiko melewatkan pembayaran kupon obligasi akhir pekan mengkhawatirkan pasar modal tetap tinggi. Mengingat Evergrande menyumbang 11 persen dari semua obligasi bagi-hasil tertinggi di Asia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Dampak Potensi Gagal Bayar Evergrande

Analis mengatakan, jika default benar terjadi, investor institusional dan asing kemungkinan akan terpengaruh lebih dulu. Daripada investor domestik di China.

Ada kemungkinan obligasi dalam mata uang Yuan (CNY) akan mendapat prioritas ketimbang obligasi luar negeri dalam mata uang Dolar (USD). Sebagian besar obligasi luar negeri dipegang oleh investor institusi atau asing. Sedangkan investor ritel domestik cenderung memiliki obligasi dalam negeri.

"Jelas, investor obligasi yang dibayar ketika pemegang produk wealth management ritel dan pembeli rumah jauh dari kejelasan, apalagi, resolusi, tidak sesuai,” kata Varathan melalui surel, ditulis dari laman CNBC, Rabu pekan ini.

Oleh karena itu, kasus perlakuan kewajiban yang terutang kepada investor ritel produk wealth managementlebih baik. “Menginat kuatnya pandangan stabilitas sosial dalam hal ini,” Varathan menambahkan.

Beberapa minggu terakhir terjadi aksi protes bercampur kemarahan dari pembeli properti dan investor telah pecah di berbagai kota sehingga menjadi perhatian utama. Pekan lalu, sekitar 100 investor mendatangi kantor pusat Evergrande di Shenzhen.

Mereka menuntut pembayaran kembali pinjaman (repayment) pada produk keuangan yang telah jatuh tempo. Mengutip Reuters, peristiwa itu menimbulkan kekacauan.

Prioritas pada investor domestik berimplikasi pada risiko gagal bayar untuk obligasi berdenominasi dolar luar negeri. Sebagian besar dipegang oleh investor institusional atau asing lainnya. Di satu sisi versus obligasi dalam negeri, yang sebagian besar dipegang oleh investor domestik.

“Hal menarik lainnya adalah apakah kupon yang jatuh tempo pada obligasi luar negeri akan mendapatkan perlakuan yang kurang istimewa dibandingkan kupon obligasi dalam negeri. Mengingat pengaturan asimetris di mana default luar negeri tidak memicu cross- default. Sedangkan default dalam negeri memicu cross-default untuk obligasi luar negeri,” kata Varathan kepada CNBC.

Cross default terjadi ketika default dipicu dalam satu situasi menyebar ke kewajiban lain, yang mengarah ke penularan yang lebih luas.

"Dengan kata lain, akankah Evergrande memilih untuk gagal membayar obligasi luar negeri sambil menghormati komitmen dalam negeri?” tanya Varathan.

3 dari 3 halaman

Evergrande Janji Bakal Bayar Bunga Obligasi

Prediksi itu mungkin benar. Pada Rabu, unit Evergrande Hengda Real Estate berjanji melakukan pembayaran bunga untuk obligasi dalam negeri sejumlah USD 35,88 juta atau sekitar Rp 511,2 miliar yang jatuh tempo pada Kamis, dikutip dari Reuters . Obligasi ini akan jatuh tempo pada September 2025.

Belum disebutkan apakah pengembang akan membayar bunga yang jatuh tempo pada Maret 2022 pada Kamis pekan ini, yang sangat diperhatikan oleh investor.

Institusi yang memiliki Obligasi Evergrande?

Menurut data Morningstar Direct, UBS, HSBC dan Blackrock mengumpulkan obligasi Evergrande selama beberapa bulan terakhir. "Kami telah melihat beberapa penambahan dana ke China Evergrande antara Juli- Agustus 2021, mengingat spread yang melebar dan valuasi yang menarik,” kata  Manager Research Analyst Morningstar, Patrick Ge.

 

Reporter: Ayesha Puri