Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Rabu pagi (29/9/2021) seiring wall street yang tertekan. Indeks saham Nasdaq turun tajam hampir tiga persen seiring imbal hasil obligasi yang menguat.
Di Jepang, indeks Nikkei turun 1,83 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Topix melemah 1,91 persen, indeks Korea Selatan Kospi merosot 1,77 persen. Indeks Australia ASX 200 tergelincir 0,32 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Rabu pekan ini.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,32 persen. Investor akan mencermati imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang mencapai 1,5 persen pada Senin waktu setempat dan melanjutkan penguata hingga ke posisi 1,54.
Advertisement
Baca Juga
Imbal hasil obligasi menekan saham teknologi di wall street. Indeks Nasdaq turun 2,83 persen ke posisi 14.546,68. Saham teknologi tertekan seiring kenaikan imbal hasil dapat menekan kas perseroan.
Indeks S&P 500 susut 2,04 persen menjadi 4.352,63. Indeks Dow Jones tergelincir 569,38 poin ke posisi 34.299,99.
Indeks dolar AS berada di posisi 93,71. Indeks dolar AS ini alami kenaikan dari posisi sebelumnya 93,6. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 111,53 per dolar AS.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wall Street Tertekan pada 28 September 2021
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tergelincir pada perdagangan Selasa, 28 September 2021. Saham teknologi tertekan seiring imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi dalam tiga bulan.
Di sisi lain, anggota parlemen di Washington, Amerika Serikat melanjutkan kebuntuan anggarannya. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq turun 2,83 persen menjadi 14.546,68, dan alami penurunan tajam sejak Maret. Indeks S&P 500 tergelincir 2,04 persen menjadi 4.352,63. Indeks Dow Jones merosot 569,38 poin atau 1,63 persen menjadi 34.299,99.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun melanjutkan kenaikan pada perdagangan Selasa, 28 September 2021. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sentuh 1,567 persen karena investor bertaruh the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan memenuhi janjinya untuk mengekang stimulus pembelian obligasi karena inflasi melonjak.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang diperdagangkan 1,13 persen baru-baru ini pada Agustus telah berbalik secara dramatis ke level tertinggi sejak Juni setelah the Fed mengisyaratkan pekan lalu akan kurangi pembelian obligasi bulanan segera.
“Pasar terus menyadari kenyataan imbal hasil sangat rendah dibandingkan dengan fundamental. Sekarang the Fed bergeser, dan semura orang mengubah posisi mereka, sekaligus, seperti yang cenderung kita lakukan,” tutur Chief Fixed Income Strategist Schwab Center for Financial Research, Kathy Jones, dilansir dari CNBC, Rabu, 29 September 2021.
Advertisement