Sukses

Masuki Masa Pensiun di GIC, Lau Eng Boon Akhiri Tugas sebagai Komisaris Bukalapak

PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah menerima surat pengunduran diri Lau Eng Boon pada 29 September 2021.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan pengunduran diri salah satu anggota Dewan Komisaris Perseroan, Lau Eng Boon.

Perseroan telah menerima surat pengunduran diri Lau Eng Boon pada 29 September 2021. Hal itu berlaku efektif sejak diterimanya pengunduran diri dalam RUPSLB yang akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pengunduran diri tersebut bersamaan dengan masa pensiun Lau Eng Boo sebagai Head, Portfolio & Head, TMT & Business Services Global Investments, Strategy & Risk Private Equity di Government of Singapore Investment Corporation Pte Ltd (GIC).

Sebagai perwakilan GIC di Bukalapak, Lau Eng Boon bukan orang baru dalam jajaran Dewan Komisaris Bukalapak. Ia telah menjabat anggota komisaris sejak 2019. Untuk itu, CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan dedikasi Lau Eng Boon sebagai anggota Dewan Komisaris Bukalapak.

"Apresiasi terbesar kami senantiasa untuk beliau dan GIC sebagai salah satu pemegang saham terbesar Bukalapak yang telah membantu mendorong kinerja bisnis Bukalapak dalam beberapa tahun belakangan ini,” kata dia dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Jumat (1/10/2021).

Dengan pensiunnya Lau Eng Boon di GIC yang diikuti pengunduran dirinya sebagai Komisaris Bukalapak, saat ini Dewan Komisaris Perseroan terdiri dari Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro selaku Komisaris Utama dan Independen, Yenny Wahid selaku Komisaris Independen, Adi Wardhana Sariaatmadja selaku Komisaris, dan Lu Zhang selaku Komisaris.

"Kami juga selalu mendoakan segala yang terbaik bagi Lau Eng Boon di masa pensiun beliau ini,” pungkas Rachmat.  

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kiat Bos Bukalapak untuk Startup yang Mau IPO

Sebelumnya, PT Bukalapak.com atau Bukalapak (BUKA) menjadi perusahaan teknologi pertama yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Indonesia. Sekaligus menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hadirnya Bukalapak dinilai memberikan karpet merah bagi perusahaan rintisan (startup) lain untuk turut mencatatkan saham perdana di Bursa. Untuk mengakomodasi hal itu, BEI bersama OJK juga tengah mematangkan regulasi yang sesuai dengan karakteristik startup unicorn dan decacorn untuk dapat melantai di Bursa.

Salah satunya yakni menyiapkan regulasi yang sesuai dengan penyusunan pengaturan dual class share dengan multiple voting shares (MVS) yang memungkinkan para pendiri unicorn atau decacorn menjaga pengendaliannya. Sehingga dapat membangun dan mengembangkan bisnisnya sesuai dengan visi misi yang sudah direncanakan.

"Intinya Bursa Indonesia kita itu telah memberikan jalan kepada semua jenis perusahaan untuk bisa IPO," ujar CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin dalam Webinar AMVESINDO “Perjalanan Startup Menuju IPO”, Kamis, 16 September 2021.

Pernyataan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan bagaimana Bukalapak bisa IPO, sementara masih mencatatkan rugi. Untuk diketahui, Bursa memiliki Papan Pengembangan dan Papan Akselerasi, memungkinkan perusahaan yang masih merugi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa.

"Ada papan pengembangan, ini masih memperbolehkan kita untuk yang laporan keuangannya merah itu untuk listed,” kata Rachmat.

3 dari 3 halaman

Punya Rencana Jangka Panjang

Namun, lanjut Rachmat, Perusahaan harus memiliki rencana jangka panjang untuk meyakinkan regulator perusahaan akan bisa untung pada kemudian hari.

Ia mengatakan, Bukalapak hari ini memang masuk dalam  papan pengembangan.Namun, Perseroan berharap dan mengupayakan bisa naik kelas dan masuk ke papan utama suatu saat nanti.

"Intinya belum profitable. Tapi selama bisa menunjukkan prospek ke depan, dimungkinkan untuk go public di Bursa Efek Indonesia,” ujar dia.

Selanjutnya, Rachmat mengatakan perlu perencanaan yang matang sebelum IPO. Mulai dari infrastruktur hingga urusan legalitas. Sehingga diperlukan konsultan hukum untuk memastikan kesehatan perusahaan. Selain itu, yang tak kalah penting dan menjadi kunci utama untuk melantai di Bursa adalah visi misi yang diusung perusahaan. Tentu dibarengi dengan daya tarik lain seperti menjadi berbeda.

"Harus bisa distinguish. Membedakan diri dengan yang lain. Pembeda itulah yang menjadi kunci sukses kami untuk berhasil melakukan IPO,” ungkapnya.

Bukalapak bukan hanya platform yang menyediakan online marketplace. Namun, Bukalapak telah merambah ke all commerce, yaitu perusahaan memiliki toko offline hingga digitalisasi warung.