Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas batu bara kian melonjak. Bahkan harga Newcastle Australia mencapai USD 280 per ton. Namun demikian, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengingatkan agar pelaku usaha tak terlena dan tetap waspada.
Dia menuturkan, kenaikan harga batu bara salah satu dipengaruhi sentimen geopolitik China-Australia. Hal itu membuat China setop membeli batu bara dari Australia. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi eksportir bagi negeri tirai bambu itu.
“Kita harus waspada karena sekarang melihatnya dalam konteks geopolitik. Jadi proses geopolitik yang ada di dunia saat ini bisa mengubah. Kalau tiba-tiba China bisa membeli lagi dari Australia misalnya, harga batu bara akan turun. Jadi kewaspadaan tetap harus ada,” kata dia dalam diskusi virtual, Rabu (6/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia tumbuh 63,6 persen year on year (yoy) dari perkiraan konsensus tumbuh 36,1 persen per Agustus 2021. Termasuk ekspor batu bara tumbuh 53,5 persen yoy. Ekspor batu bara sekitar USD 2,9 miliar atau sekitar Rp 41,26 triliun.
"Sekarang kita realize bahwa penopang ekonomi revenue-nya adalah komoditas. Ini penting yang harus kita dorong walaupun di sisi lain kita harus memikirkan sustainability ke depan,” ujar Arsjad yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Indika Energy Tbk ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bagian dari Ketahanan Energi Indonesia
Arsjad menyinggung komitmen Indonesia dalam Conference of Parties (COP) ke-26 yang bicara mengenai net zero emission pada 2030. Hal itu dinilai akan berdampak pada industri batu bara ke depan.
Apalagi, lanjut Arsjad, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Beleid itu berisi kebijakan energi nasional yaitu transisi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.
Namun demikian, Arsjad mengatakan batu bara tak serta merta akan hilang atau tidak digunakan. Mengingat batu bara adalah salah satu kekayaan alam, sehingga harus dipikirkan bagaimana mengelolanya, tetapi juga tetap berlanjut pada saat bersamaan.
"Bukan berarti besok tidak ada batu bara, karena ini adalah bagian dari kekayaan, ketahanan energi untuk Indonesia. Jadi harus dipikirkan bersama,” pungkasnya.
Advertisement