Sukses

Menakar Potensi Kenaikan IHSG hingga Akhir 2021

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date (ytd), IHSG sudah naik 11,12 persen. Bagaimana hingga akhir 2021?

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal mampu menguat hingga akhir tahun. Harapan pemulihan ekonomi mendorong optimisme sehingga menjadi katalis bagi pasar saham hingga akhir 2021.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date (ytd), IHSG sudah naik 11,12 persen. IHSG ditutup ke posisi 6.643,74  pada penutupan perdagangan Jumat, 22 Oktober 2021.

Hingga akhir 2021, IHSG diperkirakan masih dalam tren menguat. Analis Panin Sekuritas, William Hartanto memperkirakan IHSG akan berada pada kisaran 6.700 pada akhir 2021.

"Masih menguat dengan estimasi 6700 sebagai target akhir tahun,” kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (23/10/2021).

Dia menuturkan, yang menjadi pengungkit IHSG saat ini adalah aksi window dressing. Informasi saja, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis dan saham yang dimilikinya.

Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan investor agar melirik perusahaan sebagai tujuan investasi. William menyarankan agar pemilihan saham dilakukan sebelum indeks mencapai level tertinggi. “Justru pemilihan saham harus dilakukan sblm mencapai level tertinggi untuk menghindari nyangkut,” kata dia. 

Jika mengacu pada IHSG, William mengatakan saham-saham yang menjadi pilihan yakni berasal dari saham masuk indeks LQ45.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Faktor Pendorong Penguatan IHSG

Dihubungi secara terpisah, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai ada sejumlah hal yang mendorong kenaikan IHSG. Pertama, yakni membaiknya sata perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi PMI manufaktur.

"Kedua, yakni inflasi. Inflasi secara yoy mengalami kenaikan tapi inflasi inti kita ternyata masih alami penurunan,” kata Nico.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2021 mengalami deflasi 0,04 persen (mtm), setelah bulan sebelumnya mencatat inflasi 0,03 persen (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh deflasi kelompok volatile food dan penurunan inflasi kelompok inti, di tengah peningkatan inflasi kelompok administered prices.

Secara tahunan, inflasi IHK September 2021 tercatat 1,60 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,59 persen (yoy). Kelompok inti pada September 2021 mencatat inflasi 0,13 persen (mtm), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,21 persen (mtm).

"Memang kalau kita lihat, kenaikan indeks sampai 6.600 lebih, banyak di-drive oleh ekspektasi dan harapan bahwa pertumbuhan ekonomi kian terjadi. Ini yang buat situasi dan kondisi optimisme itu membuncah,” ujar Nico.

Ia menekankan, penguatan IHSG tanpa diikuti fundamental yang kuat akan membuat indeks rapuh. Sebagai gambaran, hanya dalam kurun waktu sekitar 7-10 hari, IHSG beranjak dari 6.200an ke 6.600an.

"Mungkin sejauh ini sudah all time high, sehingga kami lihat peluang (naik) itu ada, tapi terbatas,” kata Nico.

3 dari 3 halaman

Sentimen yang Perlu Dicermati

Hal itu merujuk pada sejauh mana ekspektasi terhadap fundamental ekonomi Indonesia terpenuhi. Jika ekspektasi terhadap fundamental ekonomi tanah air terpenuhi, IHSG disebut akan meneruskan tren naik. Sebaliknya, jika data ekonomi mengalami koreksi, IHSG juga berpotensi bergerak sebaliknya.

“Kita masih punya dua bulan. Yang harus kita perhatikan adalah situasi dan kondisi pasar ketika The Fed pada akhirnya umumkan untuk lakukan taper tantrum,” sebut Nico.

Dia mengatakan, jika fundamental indeks sudah kuat, pasar RI akan siap menghadapi sentimen tersebut. Namun, jika pasar RI loyo tersengat sentimen tersebut, menurut Nico kondisi fundamental di tanah air tidak sekuat yang dibayangkan.

“Kalau kita memang sekuat itu ototnya berarti kira akan siap, mampu menghadapi taper tantrum. Tapi apabila pada saat kita mau hadapi taper tantrum, ternyata kita loyo, berarti kedua kaki kita tidak sekuat yang dibayangkan,” kata dia.