Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis pagi (28/10/2021) seiring investor menanti pengumuman terbaru kebijakan bank sentral Jepang.
Di Jepang, indeks Nikkei melemah 1,2 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Topix tergelincir 1,13 persen. Penjualan ritel di Jepang melemah 0,6 persen pada September 2021, berdasarkan data pemerintah Jepang.
Bank sentral Jepang juga umumkan keputusan kebijakan moneter pada Kamis pekan ini. Bank sentral Jepang diharapkan tetap mempertahankan kebijakan moneternya. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
Di sisi lain, indeks Korea Selatan Kospi menguat 0,12 persen. Saham di Australia juga tertekan. Indeks ASX 200 melemah 0,29 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,06 persen.
Di wall street, indeks Dow Jones turun 266,19 poin ke posisi 35.490,69. Indeks S&P 500 tergelincr 0,51 persen ke posisi 4.551,68. Indeks Nasdaq mendatar di posisi 15.235,84.
Indeks dolar AS berada di posisi 93,88, dan ini tergelincir dari level sebelumnya 94. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 113,78 per dolar AS.
Harga minyak melemah pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka merosot 0,66 persen menjadi USD 84 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat susut 0,86 persen menjadi USD 81,95 per barel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penutupan Wall Street pada 27 Oktober 2021
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 27 Oktober 2021. Indeks S&P 500 turun dari posisi tertinggi pada Rabu pekan ini seiring momentum musim laporan keuangan yang kuat mulai memudar.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 266,19 poin ke posisi 35.490,69. Indeks Dow Jones merosot untuk pertama kali dalam empat hari karena saham Visa. Indeks S&P 500 turun 0,5 persen ke posisi 4.551,68. Indeks S&P 500 melemah untuk pertama kali dalam tiga hari. Indeks Nasdaq cenderung mendatar di posisi 15.235,84 meski ada lonjakan saham Microsoft dan Alphabet.
Saham Microsoft menguat 4,2 persen setelah perusahaan teknologi itu melaporkan pendapatan yang melebihi perkiraan analis dan pertumbuhan pendapatan tercepat sejak 2018. Perusahaan induk Google Alphabet juga melonjak 4,9 persen menyusul laporan kuartalan yang lebih kuat dari perkiraan.
Saham Visa tergelincir 6,9 persen setelah perseroan mengeluarkan pandangan pendapatan yang dianggap konservatif oleh beberapa analis. Ditambah lagi, Departemen Kehakiman sedang menyelidiki hubungan Visa dengan perusahaan teknologi keuangan, berdasarkan sumber yang mengetahui masalah itu kepada Dow Jones.
Saham General Motors susut 5,4 persen bahkan setelah raksasa industri itu mencatat laba dan pendapatan di atas harapan wall street pada kuartal III 2021. Saham Boeing tergelincir 1,5 persen setelah perseroan mencatat kerugian lebih luas dari perkiraan.
Saham Robinhood melemah 10,4 persen setelah aplikasi perdagangan melaporkan pendapatan jauh di bawah harapan terutama karena kelemahan dalam perdagangan kripto. Saham Twitter susut 10,7 persen di tengah kekhawatiran tentang panduan pengeluaran meski panduan yang kuat.
Sejauh ini sekitar 38 persen dari S&P 500 telah melaporkan pendapatan.83 persen telah melampaui harapan laba, sementara itu, 79 persen telah melampaui perkiraan pendapatan.
“Musim pendapatan ini adalah tentang momentum penetapan harga dan apakah konsumen mampu menangani biaya yang melonjak,” ujar Senior Market Anayst Oanda, Ed Moya dilansir dari CNBC, Kamis (28/10/2021).
Ia menambahkan, sejauh ini konsumen dapat mengatasinya.
Advertisement
Laporan Keuangan Jadi Katalis Positif
Hasil yang kuat telah menjadi kunci untuk mendorong rata-rata indeks acuan utama ke level tertinggi baru. Indeks S&P 500 telah reli 5,6 persen pada Oktober 2021, berada di jalur untuk kinerja bulanan terbaik sejak November 2020. Indeks acuan mencapai rekor ke 57 pada 2021 pada perdagangan Selasa, 26 Oktober 2021.
Saham Texas Instruments melemah 5 persen setelah perusahaan mencatat pendapatan yang meleset dari perkiraan. Saham Enphase Energy melonjak 24,6 persen setelah melaporkan rekor pendapatan dalam hadapi hambatan rantai pasokan.
Saham Coca Cola naik 1,9 persen setelah perseroan membukukan kinerja laba dan pendapatan di atas harapan dan menaikkan prospek. Perseroan juga mengatakan bisnis semakin kuat terutama di area dengan pemulihan COVID-19 yang terbaik.
“Kami melihat tanda-tanda mungkin ada lebih banyak keuntungan yang akan datang dalam dua bulan terakhir tahun ini,” ujar Chief Market Strategist LPL Financial Ryan Detrick.
Ia menambahkan, musim laporan keuangan yang mereda, peningkatan internal pasar, dan tanda-tanda yang jelas dari puncak varian delta memberikan bahan bakar potensial untuk saham menjelang akhir 2021. “Sebagai hasilnya kami mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham,” kata dia.