Liputan6.com, Jakarta - PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) akan segera mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, Widodo Makmur Perkasatengah memasuki masa book building yang berlangsung sejak 27 Oktober 2021 hingga selesai pada 9 November 2021.
Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan terbit pada 18 November 2021. Selanjutnya, penawaran umum akan dilaksanakan pada 22 - 24 November 2021 dan pencatatan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 November 2021.
Sejalan dengan itu, lima bisnis yang akan dikelola Perseroan, diharapkan bisa semakin berkembang usai IPO. Lima lini bisnis tersebut, yaitu peternakan sapi terintegrasi, pengolahan makanan berbasis daging (meat processing), peternakan ayam terintegrasi, komoditas pertanian, serta konstruksi dan energi terbarukan.
Advertisement
Baca Juga
"InsyaAllah pada 26 November kita listing. Sehingga lima bisnis yang nantinya dikelola oleh Widodo Makmur akan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan akibat proses yang hari ini dimulai,” kata Founder & CEO WMP, Tumiyana dalam konferensi pers usai paparan publik, Kamis (28/10/2021).
Ia melanjutkan, untuk tahun ini WMP mendesain prediksi pertumbuhan pendapatan sebesar 300 persen dari tahun lalu, dan laba bersih sekitar 290 persen. Sementara untuk prediksi pada 2022, dari sisi pendapatan akan tumbuh 110 persen dan laba bersih akan tumbuh sekitar 95 persen.
"Average kalau kita bicara pertumbuhan daripada revenue, dari tahun 2020 sampai dengan 2025 di angka 59 persen. Di bottom line juga akan tumbuh dengan angka yang sama. Kalau direfleksikan di dalam nilai, pada tahun 2022 forecast daripada bottom line kita di angka Rp 1,05 triliun,” sebut Tumiyana.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lepas 25 Persen Saham ke Publik
Dalam gelaran IPO, Perseroan melepas sebanyak-banyaknya 25 persen saham dengan harga Rp 160-Rp 220 per saham.
WMP akan menggunakan sekitar 11,43 persen dana hasil IPO untuk membiayai pengembangan kerja sama operasi (Joint Operation) export yard, logistik dan rumah potong hewan di Australia. Perseroan juga mengalokasikan sekitar 19,05 persen untuk membiayai pembangunan fasilitas peternakan terintegrasi dan perkebunan jagung di Sumatera, Sulawesi dan Papua.
Selain itu, sekitar 19,05 persen akan dipakai untuk penyertaan modal ke anak perusahaan, sekitar 17,90 persen untuk membayar utang bank, dan sisanya 32,57 persen sebagai modal kerja grup, terutama untuk pembelian bahan baku. Perseroan membukukan laba tahun berjalan Rp 125,70 miliar selama semester I 2021.
Realisasi laba tahun berjalan ini tumbuh 189,31 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 43,44 miliar Perolehan laba tersebut didukung dari penjualan bersih perseroan naik 80,04 persen menjadi Rp 2,70 triliun hingga semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,50 triliun.
Perseroan mencatat beban pokok penjualan naik menjadi Rp 2,32 triliun hingga enam bulan pertama 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,30 triliun.
Dengan demikian laba kotor naik dari Rp 199,05 miliar hingga semester I 2020 menjadi Rp 385,66 miliar hingga semester I 2021.
Advertisement